Manfaat Tak Lazim Menikmati Makanan Bergaram

Windratie | CNN Indonesia
Selasa, 10 Mar 2015 13:15 WIB
Terbuka kemungkinan jika garam dapat menjadi kontributor sistem kekebalan tubuh, meski belum saat ini belum diakui.
Namun, studi baru, yang masih dilakukan pada tahap awal, menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa manfaat garam yang selama ini tidak diketahui. (CNN Indonesia internet/ crocodelicacy/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berlebihan mengonsumsi garam bisa menyebabkan penyakit jantung. Sudah sering kita dengar himbauan tentang efek samping garam terhadap kesehatan. Namun, adakah manfaat menyehatkan garam yang belum dihargai sampai sekarang?

Dengan berlimpahnya gerai-gerai makanan cepat saji, kemungkinan masyarakat modern mengonsumsi terlalu banyak garam sangat besar. Namun, studi baru, yang masih dilakukan pada tahap awal, menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa manfaat garam yang selama ini tidak diketahui.

Garam menjadi cara kuno bagi tubuh melindungi diri terhadap bakteri.  Dari laporan dalam jurnal Cell Metabolism, Jonathan Jantsch dari Universitas Regensburg di Jerman mengatakan, garam dapat menjadi cara yang efektif dalam menangkal bakteri, seperti dilansir dari laman Time.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam serangkaian penelitian yang menggunakan baik tikus maupun sel manusia, dia menemukan bahwa kadar sodium naik di sekitar lokasi infeksi. Tanpa garam, bakteri akan berkembang dan tumbuh lebih baik.

Penemuan tersebut terjadi secara kebetulan. Sebelumnya, penulis senior studi Jens Titze menemukan tikus yang digigit oleh pasangan kandangnya menunjukkan tingkat sodium lebih tinggi pada kulit daripada tikus dengan luka bebas.

Jantsch memutuskan untuk mencari tahu, apakah garam ada hubungannya dengan fungsi melawan infeksi dengan sistem kekebalan tubuh. Dia dan timnya melakukan serangkaian eksperimen.  Natrium klorida tinggi kemudian diberikan kepada tikus dan sel manusia, lalu peneliti melihat adanya sel imun yang diaktifkan.

Tikus diberi makanan yang rendah dan tinggi natrium, lalu menginfeksi mereka dengan Leihsmania (penyakit yang disebabkan oleh protozoa). Tikus yang menyantap jumlah natrium lebih tinggi menunjukkan respons imun lebih kuat terhadap luka, dan juga membersihkan infeksi lebih cepat dibandingkan tikus memakan lebih sedikit.

Bahkan, Jantsch berspekulasi jika sel-sel kulit tertentu dapat mengangkat natrium istimewa ke lokasi di mana terdapat populasi bakteri tinggi. Tujuannya, menciptakan penghalang untuk mencegah mikroba masuk lebih jauh ke dalam tubuh.

Dengan begitu, terbuka kemungkinan jika garam dapat menjadi kontributor sistem kekebalan tubuh, meski belum saat ini belum diakui. Mungkin juga sebagai cikal dari antiobitik, ketika mamalia, termasuk manusia, memerlukan sekutu dalam memerangi mikroba.

Lagi pula, garam telah digunakan berabad-abad lamanya untuk menjaga makanan dari pembusukan oleh bakteri. Jadi, rasanya masuk akal jika secara evolusi natrium mungkin telah dikooptasi oleh tubuh dengan cara yang sama.

“Saya benar-benar berpikir bahwa garam merupakan faktor kekebalan yang tidak dihargai,” kata Jantsch.

Pasien dengan luka bakar mendapat manfaat terbesar untuk penyembuhan luka karena kulit, yang merupakan baris pertama pertahanan melawan mikroba, terganggu. Bagi orang-orang dengan respons imun hiperaktif, menurunkan konsentrasi sodium di daerah tertentu juga dapat menolong.

“Kami tertarik tentang bagaimana hal ini bekerja karena bisa memiliki aplikasi yang luas,” kata Jantsch. Beberapa perusahaan telah menghasilkan pembalut luka dengan konsentrasi natrium yang ditingkatkan. Itu merupakan cara untuk membantu infeksi lebih cepat sembuh.

(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER