Jakarta, CNN Indonesia -- Jika seorang ibu tidak tahu, dari mana obsesi
selfie putrinya yang masih berusia tujuh tahun berasal, sudah waktunya dia berefleksi diri.
Apa yang harus dilakukan? Apakah sebaiknya Anda mengingatkan bahwa narsisme tidak perlu, dan dengan demikian dia akan jauh lebih baik dari anak-anak lain? Jawabannya adalah 'tidak'.
Penelitian terkini dari Belanda mengatakan, orang tua yang menilai secara berlebihan kehebatan anak harus disalahkan atas perilaku buruk narsisme. Menahan kasih sayang, di sisi lain, dapat menurunkan harga diri anak tersebut, tetapi tidak memengaruhi kecenderungan narsisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eddie Brummelman, peneliti dari Universitas Amsterdam, menguji dua teori yang bertentangan. Satu teori mengatakan, narsisme berasal dari pemikiran bahwa anak-anak menjadi narsis ketika orang tua mereka menahan kehangatan dan kasih sayangnya, seperti dilansir dari laman Time.
Teori lain menyalahkan orang tua pada spektrum yang berbeda. Saat orang tua menilai terlalu tinggi kemampuan anak-anak mereka, anak-anak dapat menginternalisasi keluarbiasaan mereka sendiri.
Lalu, apa yang salah dengan seorang narsisme kecil? Kendati merupakan penelitian baru, beberapa bukti menunjukkan bahwa anak-anak narsis lebih agresif dan juga lebih rentan terhadap kecanduan dibandingkan anak-anak lainnya, kata Brummelman.
“Saat mereka tidak mendapatkan kekaguman yang mereka inginkan, atau ketika mereka dikritik dan ditolak oleh orang lain, mereka cenderung menjadi lebih agresif,” katanya.
Perilaku tersebut sama buruknya untuk orang dewasa. Anak akan tumbuh dengan keterampilan dan hubungan sosial yang buruk.
Selama satu setengah tahun, Brummelman bertanya kepada 565 anak-anak di Belanda yang berusia di antara 7 sampai 12 tahun. Saat tanda-tanda narsisme pertama mulai muncul, berapa banyak cinta dan kasih sayang yang mereka rasakan dari orang tua mereka?
Para peneliti juga mengamati orang tua. Mereka bertanya sejauh mana orang tua percaya anak mereka lebih istimewa dan berhak daripada anak lain. Hasilnya, ketika orang tua menilai secara berlebihan anak mereka, percaya jika buah hati mereka lebih istimewa dan berhak daripada yang lain, anak mungkin menjadi lebih narsis.
“Anak-anak menjadi lebih narsis ketika mereka berada pada kondisi tersebut, saat mereka diberi perasaan lebih istimewa, lebih berhak, dan lebih unik daripada yang lain,” jelas Brummelman.
Internalisasi sehatPeneliti pun menemukan bukti internalisasi yang lebih sehat. Anak-anak memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, perasaan bahagia atas dirinya sendiri, saat orang tua mereka menunjukkan kasih sayang dan penghargaan.
Memperlakukan anak dengan kehangatan membuat mereka menginternalisasi gagasan bahwa mereka berharga sebagai individu. Menahan kasih sayang, di sisi lain, tidak berpengaruh pada narsisme.
Penelitian narsisme pada masa kanak-kanak ini masih sangat baru. Para peneliti belum dapat memberikan saran ilmiah untuk memerangi hal tersebut. Namun, Brummelman berkata bahwa penelitian ini melihat pada pertahanan yang efektif.
“Salah satu pendekatan, berdasarkan hasil temuan kami, adalah mengajarkan orang tua agar mengekspresikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak-anak dengan cara meningkatkan harga diri mereka,” kata Brummelman.
“Tanpa menempatkan anak di atas tumpuan, tidak menyampaikan bahwa mereka lebih istimewa dan lebih berhak daripada yang lain.”
Meski tampaknya kecil, perubahan pola asuh orang tua dapat membuat semua perbedaan.
“Harga diri lebih mengenai perasaan baik terhadap diri sendiri,” katanya. “Narsisme lebih mengenai keinginan untuk merasa baik tentang diri sendiri.”
(win/mer)