Jakarta, CNN Indonesia -- Membolehkan pasien melihat catatan medis mereka saat dirawat di rumah sakit dapat mengurangi kekhawatiran serta kebingungan pasien. Sistem ini juga mengurangi kerja ekstra dari para dokter dan perawat, berdasarkan hasil sebuah penelitian.
“Harapannya adalah peningkatan transparansi dapat dicapai dengan berbagi catatan medis elektronik kepada pasien saat mereka dirawat di rumah sakit. Pasien akan merasa lebih terlibat dalam perawatan mereka, lebih puas, dan lebih mungkin untuk mengajukan pertanyaan dan menangkap kesalahan,” kata Jonathan Pell, penulis penelitian yang merupakan prefesor di Universitas Colorado di Denver.
“Tapi kami juga terkejut, banyak dokter dan perawat tidak melihat beban kerja mereka meningkat saat pasien memiliki akses ke catatan (medis) mereka,” ucap Jonathan seperti dilansir laman Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, pasien lebih sering mengakses catatan medis elektronik untuk pemeriksaan dan perawatan rawat jalan setelah perawatan selesai, bukan untuk prosedur sementara mereka dirawat di rumah sakit.
Untuk melihat apakah pasien bisa belajar dari meninjau catatan medis mereka selama berada di rumah sakit, Pell memberikan komputer tablet untuk 50 orang. Responden dipilih karena mereka tahu bagaimana menggunakan internet.
Sebagian besar memiliki komputer di rumah, dan lebih dari setengah menggunakan laptop atau telepon pintar di rumah sakit.
Rata-rata, responden berusia 42 tahun dengan 34 persen laki-laki, 60 persen kulit putih, 22 persen kulit hitam, dan 6 persen Latino.
Sebelumnya, 92 persen pasien berpikir meninjau grafik elektronik dapat membantu memahami kondisi kesehatan mereka. Sementara, 80 persen mengharapkan peninjauan rekam medis ini dapat membantu mereka memahami petunjuk dokter.
Pada saat yang sama, pasien takut bahwa membawa catatan medis dapat membuat mereka lebih khawatir dan bingung, tetapi itu tidak terjadi. Sebaliknya, proporsi pasien yang khawatir turun jadi 18 persen dari 42 persen, kebingungan turun dari 52 persen jadi 32 persen.
Para peneliti juga meminta tanggapan 42 penyedia layanan kesehatan, tentang bagaimana pasien berpikir saat merespons catatan medis mereka.
Kendati hanya melibatkan beberapa orang di satu rumah sakit, termasuk pasien yang melek teknologi, penelitian ini masih berimplikasi terhadap pasien lain, kata Andrew Rosenberg, kepala informasi medis di Universitas Kedokteran Michigan.
(win/mer)