Jakarta, CNN Indonesia -- Teknologi semakin berkembang. Gadget yang dulunya merupakan barang mewah, kini siapa saja mampu membelinya.
Modernitas dan perkembangan teknologi seolah memaksa para pengguna gadget untuk terus memperbarui gadget miliknya. Gonta-ganti gadget pun menjadi hal yang wajib dilakukan, maksimal satu tahun sekali.
Bagi beberapa profesi, kehadiran gadget memang amat diperlukan. Tapi terkadang, dasar pembelian dan pemilihan pembelian gadget tak terlalu berdasar. Entah karena model terbaru, fiturnya yang canggih, atau ada yang membeli gadget hanya karena warnanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi penulis buku Supernova, Dewi 'Dee' Lestari, mengikuti tren gadget tidaklah penting. Dee merupakan orang yang mengedepankan kebutuhan dan manfaat, bukan tren belaka.
"Saya enggak segitu ngikutin yang terbaru, saya pakai gadget sampai rusak," kata Dee saat ditemui di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan.
Baginya, gadget hanyalah sebuah alat yang digunakan seperlunya saja. Jika tak perlu, maka tak butuh. Sederhana saja. "Saya berusaha menggunakaan gadget seperlunya saja. Saya enggak bergantung sekali sama gadget," ujar Dee.
"Gadget itu adalah alat supaya kita dapat manfaat. Tapi jangan sampai kita diperbudak," katanya melanjutkan.
Terkait belanja online yang sedang marak, Dee pun mengaku masih lebih suka membeli langsung. Walaupun terkadang ia juga menggunakan jasa belanja online.
"Kalau baju atau segala macam, saya lebih suka beli langsung," katanya. "Ada hal-hal yang enggak bisa diungkapkan kalau tidak beli langsung."
Begitu pun dengan kebiasannya membeli buku. Meski Dee mengaku sering membeli buku secara digital, tapi untuk buku tertentu ia tetap membelinya secara konvensional.
"Beli buku digital untuk yang luar negeri. Tapi buku fiksi atau non fiksi aja. Kalau buku yang banyak grafis kayak buku art kayanya enggak bisa tergantikan," kata mantan istri Marcell itu.
Batasi Anak Main GadgetKebiasaan menggunakan gadget seperlunya juga ditularkan Dee pada anak-anaknya. Bahkan ia mengaku membatasi penggunaan gadget terhadap anak-anaknya yang masih kecil.
"Kalau weekdays anak-anak dapat waktu main gadget satu jam, kalau weekend bolehlah 2 jam. Jadi, kami batasi," ujarnya.
Kedua anak Dee, Keenan Avalokita Kirana (10 tahun) dan Atisha Prajna Tiara (5 tahun) memang belum mendapatkan izin untuk memiliki gadget sendiri. Ketika mereka SMP, Dee baru memberikan mereka gadget.
"Anak-anak belum saya kasih handphone. Nanti SMP saya kasih. Saat ini belum perlu menurut saya karena mereka kan trayeknya masih sekolah dan rumah," katanya menjelaskan.
Begitu pun dengan penggunaan laptop. Kedua anaknya menggunakan laptop dengan cara sharing dan digunakan untuk urusan sekolah saja.
(mer/mer)