Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah terjadi sebuah kasus tentang dampak bebasnya akses informasi, termasuk pornografi, yang terjadi pada anak. Kasus ini terjadi di kalangan keluarga berkecukupan.
Di dalam keluarga itu ada seorang anak laki-laki kelas 6 SD. Orang tuanya mengizinkannya mempunyai Blackberry dengan teknologi terbaru.
Suatu hari ponsel anak itu tertinggal di rumah. Merasa penasaran dengan isi ponsel anaknya, ibunya pun lantas membuka ponsel anak kelas enam SD tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengejutkan, ibunya menemukan sebuah percakapan antara anaknya dan seorang anak perempuan sepantarannya. Percakapan itu berbunyi,
Anak perempuan: Mas sudah baca belum?
Anak laki-laki: Sudah.
Anak perempuan: Terus rasanya gimana?
Anak laki-laki: Maksud kamu gimana?
Anak perempuan: Kamu ereksi enggak?
Sontak, ibu sang anak laki-laki itu pun menangis dan jatuh pingsan. Seorang anak SD membicarakan hal yang seharusnya tak menjadi bahan perbincangan di umur mereka. Hal ini sudah kelewatan.
Cerita ini diungkapkan oleh Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Ismail Cawidu. Menurutnya, ini adalah salah satu fenomena dari maraknya situs pornografi yang dapat dengan bebas diakses oleh anak-anak dari internet.
Data dari Kominfo menyebutkan, tahun 2014 ada 813 ribu situs yang diblokir. Dan 90 persen di antaranya merupakan situs pornografi.
"Situs ini ditutup satu tumbuh seribu," kata Ismail di kawasan Matraman, Jakarta Pusat, Rabu (25/3).
Parahnya lagi, tak semua situs pornografi mudah dideteksi. Ismail mengatakan banyak situs yang tampil dengan nama yang lebih sopan dan tidak mengundang curiga.
"Misalnya google saja namanya belajarmalam.com, tapi sudah diblokir. Atau belajarbareng," ujar Ismail.
Ismail pun berujar, pertumbuhan situs pornografi ini sulit dihentikan karena merupakan bisnis yang menggiurkan. "Industri situs pornografi penghasilannya 10 kali lipat. Soalnya orang yang masuk ke situs ini tidak hanya 10 menit. Bisa sampai berjam-jam," katanya.
(mer/mer)