Ada sebuah tradisi yang dipertahanka sampai saat ini oleh masyarakat Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara, yakni prosesi Paskah tradisional, lazim disebut sebagai Kure.
Kote-Noemouti merupakan salah satu titik sejarah hadirnya agama Katolik di pulau Timor. Wilayah yang terletak 224 kilometer arah timur dari Kota Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada masa penjajahan merupakan wilayah kekuasaan Belanda.
Prosesi Kure diawali dengan ritual pengosongan diri atau boe nekaf pada hari Rabu, satu hari memasuki Tri Hari Suci atau ritual Trebluman. Semua rumpun suku berkumpul untuk berdoa bersama. Mereka merenung sambil menyesali dosa-dosa untuk siap memasuki minggu sengsara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu tahapan penting adalah pengusiran roh jahat. Seperti dilansir dari laman Flobamora, bersamaan dengan bunyi lonceng ketiga, umat di dalam gereja bertepuk tangan. Lampu-lampu semua rumah di Kote dipadamkan. Sambil bertepuk tangan mereka menyerukan 'poi ri rabu' atau 'enyahlah roh jahat!'
Ritual taniu uis neno dilaksanakan pada Kamis Putih. Ini adalah ritual pembersihan diri kepada Sang Khalik, serta ungkapan rasa syukur atas berkat selama perjalanan hidup. Ungkapan kebersamaan ditandai dengan upacara pembersihan patung religi dan pengumpulan persembahan berupa hasil kebun buah-buahan.
Prosesi berlanjut dengan doa pengambilan air atau Soet Oe oleh pastor. Selesai berdoa, umat berarak ke sungai yang letaknya di dekat gereja untuk mengambil air dan dua batu pipih untuk membersihkan patung religi.
Misa Kamis Putih dan Jumat Agung selesai, secara berkelompok masyarakat melakukan Kure. Kure adalah tugas pemeliharaan iman umat yang diemban oleh tetua adat.