Ancaman Kesehatan Jangka Panjang si Penyusup Roda Pesawat

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Rabu, 08 Apr 2015 14:05 WIB
Meski selamat ketika menyusup ke dalam kompartemen pesawat, namun ada masalah medis lain yang mungkin dialami Mario Stevan Ambarita.
ilustrasi (Thinkstock/ktsimage)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekalipun selamat dan bisa bertahan hidup ketika menyusup ke dalam kompartemen pesawat, namun ada kemungkinan masalah medis lain yang dialami Mario Stevan Ambarita.

"Pada waktu dia masuk ke dalam kompartemen dan pesawat mulai naik sampai ketinggian 34-38 ribu kaki, dia (Mario) pingsan," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan dr Soemardoko Tjokrowidigdo SpM, SpKP kepada CNN Indonesia, Rabu (8/4).

Kondisi ini tentunya menciptakan berbagai masalah akibat perubahan tekanan udara yang mendadak. Kondisi tekanan ini akan kembali berubah ketika pesawat mulai mengurangi ketinggiannya. Pesawat akan mengurangi ketinggiannya ketika akan mendarat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat pesawat mulai turun, udara masuk kembali. Masuknya udara ini akan menyamakan tekanan antara lingkungan sekitar dengan telinga. Namun perubahan mendadak ini menyebabkan terjadinya pembengkakan saluran rongga telinga tengah dan rongga tenggorokan. "Akibatnya gendang telinganya robek dan mengalami perdarahan," ucapnya.

Efek jangka panjang

Robeknya gendang telinga ini nyatanya bisa jadi berefek panjang bagi Mario. Dikatakan Soemardoko, hal ini bisa mengakibatkan hilangnya pendengaran atau tuli.

Untuk mengatasi hipoksia (kekurangan oksigen), hal ini bisa diatasi dengan pemberian oksigen. Sedangkan untuk robeknya telinga, harus ada tindakan untuk menyamakan tekanan.

"Masalahnya cuma satu, kurang oksigen di otak. Tapi efeknya bisa macam-macam," ucapnya.

Masalah kekurangan oksigen ini akan menyebabkan asupan oksigen ke otak sangat minimal. Ketika berada di ketinggian, kata Soemardoko, oksigen yang minimal hanya akan mengaliri organ vital saja, dan tidak mengalir ke otak.

"Otak tidak tahan terhadap kekurangan oksigen. Jika kekurangan oksigen dalam jumlah yang berat dan parah, akan menyebabkan matinya batang otak," ujarnya.

Jika masih beruntung, kekurangan oksigen tak sampai menyebabkan matinya batang otak. Namun hal ini hanya akan menyebabkan kemunduran kemampuan berpikir dan kesulitan untuk koordinasi gerak.

(chs/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER