Tiga Kesalahan Orang Indonesia Saat Menyikat Gigi

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Senin, 13 Apr 2015 10:23 WIB
Tata cara penyikatan pun tentunya sudah di luar kepala. Tapi, apakah cara menyikat gigi yang sudah Anda lakukan sampai detik ini prosedurnya benar?
Ilustrasi (Thinkstock/StockRocket)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak kecil masing-masing orang tua Anda pasti mengajarkan cara membersihkan gigi pada anaknya. Mereka dengan sabar menuntun tangan mungil Anda membersihkan salah satu bagian krusial di tubuh itu.

Menyikat gigi dua kali sehari pun akhirnya menjadi sebuah rutinitas dalam hidup Anda. Tata cara penyikatan pun tentunya sudah di luar kepala. Tapi, apakah cara menyikat gigi yang sudah Anda lakukan sampai detik ini prosedurnya benar?

Dokter gigi sekaligus GSK Oral Health Care Expert Marketing, Jehezkiel Martua mengatakan, ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan dalam menyikat gigi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama adalah teknik menyikat yang salah. Tekanan penyikatan yang berlebihan pasalnya dapat mengikis email gigi.

Lapisan email gigi yang terkikis membuat lapisan dentin terekspos. Inilah yang menyebabkan gigi Anda sensitif. "Lapisan dentin berbatasan langsung dengan saraf gigi. Ketika dentin terkena rangsang akan melanjutkan langsung ke saraf. Makanya gigi bisa ngilu," kata laki-laki yang akrab di sapa Eki itu.

Selain tekanan penyikatan, perihal durasi menggosok gigi pun orang Indonesia masih keliru. "Kebanyakan orang Indonesia maunya cepat, di bawah satu menit," ujar Eki.

Padahal, durasi menyikat gigi yang seharusnya berkisar antara 2-3 menit lamanya. "Itu untuk memastikan seluruhnya tersikat. Memastikan tidak ada sisa makanan," kata Eki.

Hal lainnya terkait penyikatan gigi yang salah adalah ketika kumur-kumur. Biasanya, orang Indonesia berkumur sebanyak 3-4 kali, kalau tidak, nanti tidak bersih.

Padahal menurut Eki, berkumur sehabis menyikat gigi tak perlu sebanyak itu. "Kalau kumur 3-4 kali bahan aktif di pasta tercuci lagi, terbuang lagi," kata Eki. "Akhirnya terbuang percuma," ujarnya menambahkan.

Hal ini menyebabkan, pasta gigi yang seharusnya bekerja untuk menjaga kesehatan gigi, fungsinya berkurang atau hilang sama sekali.

Jumlah berkumur yang terlalu banyak kemungkinan disebabkan oleh karakter pasta gigi yang beredar di pasaran. Eki mengatakan, pasta gigi yang beredar di Indonesia terlalu banyak mengandung sodium lauryl sulfat yang menimbulkan busa.

Akibatnya, sebelum busa benar-benar menghilang, pasti berkumur masih diteruskan dengan alasan merasa tidak bersih. "Cari pasta gigi yang kandungan SLS-nya sedikit atau tidak sama sekali," ujar Eki menganjurkan.

(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER