Kisah Wanita yang Kehilangan Sidik Jari Gara-gara Kemoterapi

Merry Wahyuningsih | CNN Indonesia
Senin, 20 Apr 2015 08:52 WIB
Seorang perempuan Meksiko berusia 65 tahun ditolak begitu saja saat mencoba melakukan transaksi di bank. Rupanya, ia tak lagi memiliki sidik jari.
Wanita berusia 65 tahun asal Meksiko kehilangan sidik jari gara-gara efek kemoterapi. (Dok. Chavarri-Guerra Y, Soto-Perez-de-Celis E. Loss of Fingerprints. NEJM. 2015)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang perempuan Meksiko berusia 65 tahun ditolak begitu saja saat mencoba melakukan transaksi di bank. Ia tahu masih punya cukup uang di rekeningnya, tapi berulang kali mengulang transaksi, sidik jarinya selalu ditolak oleh mesin otomatis di bank.

Rupanya, layar sentuh tidak lagi mengenali sidik jarinya. Bahkan, dia kini tak punya sidik jari sama sekali. Bagaimana bisa?

Dokter yang menangani penyakit perempuan itu segera memberikan penjelasan dan kemudian memublikasikan studi kasus dalam jurnal medis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama tiga bulan, perempuan yang tidak disebutkan namanya tersebut menjalani pengobatan untuk kanker payudara dengan capecitabine (Xeloda) dan bevacizumab (Avastin). Onkologinya telah memilih obat-obatan tertentu untuk mengobati triple-negative tumor yang dideritanya. Nama itu mengacu pada kurangnya ekspresi dari tiga unsur utama: reseptor estrogen, reseptor progesteron, dan human epidermal growth factor receptor type 2 [HER2].

Selama siklus pertama pengobatan kemoterapi, ia telah mengembangkan hand-foot syndrome level satu. Secara medis, hal ini dikenal sebagai palmar-plantar erythrodysesthesia, efek samping yang dikenal dari beberapa obat kemoterapi.

Gejala hand-foot syndrome antara lain kemerahan, bengkak, mati rasa, ruam, dan nyeri pada telapak tangan atau telapak kaki. Dalam kasus terburuk, kulit dapat menjadi retak, mengelupas, lecet, tumbuh bisul, dan munculnya luka di permukaan. Sindrom ini juga menyebabkan rasa sakit, membuat penderitanya sulit atau hampir tidak mungkin untuk berjalan atau menggunakan tangan sama sekali.

Seorang pasien kanker payudara bernama Lisa Bonchek Adams juga pernah mengalami sindrom serupa. Dalam blog pribadinya, Lisa menuliskan pengalaman dirinya menderita hand-foot syndrome.

“Saya sering menggunakan pelembap tangan dan kaki (setidaknya 10 kali sehari), juga berbagai losion termasuk shea butter, Eucerin, Aquaphor, dan banyak lagi,” tulisnya. “Saya tidak bisa jauh dari air, tidak bisa kena panas pada tangan dan kaki, memakai kaus kaki dan sepatu yang lembut, dan memakai sarung tangan sesering mungkin.”

Dalam kasus perempuan Meksiko yang kehilangan sidik jarinya, ahli onkologi yang menanganinya mengatakan tidak ada kekhawatiran sebelumnya. Pada awalnya, hand-foot syndrome yang dialami perempuan itu berhasil diobati dengan salep topikal dan krim.

Namun, setelah ia menjalani siklus ketiga kemoterapi, gejalanya semakin memburuk. Bahkan, sindrom itu menjadi begitu ‘beracun’ hingga dia tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari.

Pengobatan kanker payudara yang dijalaninya tidak bisa dihentikan begitu saja meski ia mengalami efek samping yang melemahkan. Dan beruntung bagi perempuan itu, meski kini ia tidak lagi memiliki sidik jari, pengobatan kanker yang dijalaninya sudah banyak berhasil.


(mer/mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER