Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika stres mendera, makanan sering dijadikan sebagai pelarian. Semua makanan favorit pun seakan sanggup masuk perut demi mengembalikan suasana hati positif.
Ada juga yang melampiaskan stres dengan berbelanja. Berbagai barang yang sebenarnya tidak diperlukan pun akhirnya sampai di tangan.
Mungkin cara-cara ini sejenak bisa melupakan Anda dari masalah yang ada. Bisa menarik Anda dari lingkaran stres yang sebelumnya membelenggu jiwa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, menurut psikolog Roslina Verauli cara ini tak akan menyelesaikan stres. Justru akan menimbulkan stres-stres lainnya dalam hidup Anda.
Vera menyebutnya sebagai cara yang destruktif. "Kalau stres terus makan yang disuka, junk food atau apa semua dimakan, berat badan naik, stres lagi," katanya menjelaskan.
Apalagi tak semua makanan mengandung senyawa pereda stres. Seperti antioksidan tententu yang bisa memicu produksi hormon bahagia, yaitu hormon endorfin. Atau makanan yang mengandung theanine, senyawa yang bisa membuat lebih rileks.
"Yang saya pelajari theanine bisa mengobati stres. Senyawa itu promote gelombang alpha dari otak yang bikin rileks. Kandungan theanine ada di daun teh," ujar Vera menjelaskan.
Sementara jika melampiaskan stres pada aktivitas belanja, justru akan mengundang 'malapetaka' baru. "Kalau belanja nanti tiba-tiba uangnya habis tagihannya banyak, stres lagi," ujarnya melanjutkan. Vera pun menyarankan agar Anda tidak melakukan hal seperti ini dalam memberantas stres.
Lebih baik mengobati stres dengan relaksasi. "Stres itu keadaan. Keadaan itu enggak bisa diapa-apain namun bisa diatasi. Anda harus bikin pikiran ready," ujar Vera menjelaskan.
Anda dapat membenahi stres dengan cara menurunkan tekanan emosional dengan relaksasi. Cukup berhenti berpikir sejenak dan tarik napas dalam-dalam.
Setelah stres berkurang, cobalah untuk membenahi masalah peyebab stres itu sendiri dan mengubah cara pandang terhadap masalah.
(mer/mer)