Jakarta, CNN Indonesia -- Meski namanya cukup terkenal di telinga warga Jakarta, namun masih jarang yang mengetahui persis lokasi dari Kampung Tugu.
Kampung yang didirikan pada 1661 dan berjarak empat kilometer di tenggara Tanjung Priok ini menyimpan aset warisan budaya dari leluhur mereka, bangsa Portugis.
Beberapa bentuk warisan budaya tersebut masih dapat disaksikan di Kampung Tugu hingga sekarang, seperti di bawah ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini adalah ikon budaya dari Kampung Tugu. Keroncong Tugu merupakan jenis musik modern pertama di Indonesia.
Meski memiliki nama asli Musica de Tugu, namun masyarakat awam mengenalnya sebagai Keroncong Tugu lantaran bunyi yang berasal dari instrumen yang digunakan berbunyi ‘krong’ dan ‘crong’.
Keroncong Tugu masih bertahan hingga kini di bawah kepemimpinan Guido. Namun kini kelompok Keroncong Tugu bukan hanya memainkan instrumen keroncong dengan lagu-lagu keroncong ataupun lagu berbahasa Portugis, tetapi juga mengadakan berbagai seni lain seperti seni tari.
Gereja ini merupakan salah gereja tertua di Indonesia. Gereja yang dibangun sejak awal Kampung Tugu didirikan ini memiliki ikon yang legendaris, lonceng Tugu.
Gereja Tugu telah mengalami tiga kali pemugaran. Dan bentuk yang kini berdiri merupakan renovasi ketiga dari Gereja Tugu. Sayang, lonceng Tugu telah rusak sejak 1747 dan tersimpan di depan pastori.
Pesta adat ini asli berasal dari Kampung Tugu. Kata 'Rabo-rabo' berasal dari bahasa asli Kampung Tugu yang artinya mengekor.
Pesta yang selalu dilakukan oleh warga asli Kampung Tugu ini berlangsung pada setiap 1 Januari sebagai bentuk dari perayaan tahun baru.
Rabo-rabo dimulai dari ketua pimpinan Keroncong Tugu keluar dari rumah sembari membawa dan memainkan gitar kecil mengunjungi rumah keluarga asli Kampung Tugu untuk bersilaturahim dan saling memaafkan, dan diikuti oleh warga yang lain.
Begitu sang pemimpin keroncong usai di satu rumah, penghuni rumah tersebut ikut mengikuti ketua keroncong dan rombongan yang lain. Begitu seterusnya hingga seluruh rumah penduduk asli Kampung Tugu lengkap disambangi.
Acara ini melibatkan ratusan penduduk asli maupun pendatang dari Kampung Tugu dari pukul 12 siang hingga pukul 18 sore.
Pesta adat ini dilangsungkan pada hari Minggu pertama setiap tahunnya setelah perayaan Pesta Rabo-rabo. Kata 'Mandi-mandi' dimaksudkan sebagai proses penyucian dosa manusia untuk memulai tahun yang baru.
Namun bukan mandi dengan air, yang digunakan dalam perayaan ini. Para penduduk 'menghilangkan dosa' orang terhadapnya dengan mengusapkan bedak ke wajah orang yang meminta maaf sebagai tanda permohonan maaf diterima.
"Bedak basah yang digunakan sebagai pengganti air, dan juga tanda seberapa banyak orang yang telah memaafkan dirinya,” kata Johan Sopaheluwakan dari Komunitas Kampung Tugu kepada CNN Indonesia.
Yang unik dari perayaan ini adalah bedak yang ditempeli di wajah tidak boleh dihapus hingga orang tersebut pulang ke rumah karena acara pesta usai diadakan, meskipun untuk makan ataupun minum.
Perayaan ini diadakan di suatu rumah yang sudah ditentukan secara adat dan diisi dengan penampilan grup Keroncong Tugu menyanyikan lagu-lagu keroncong atau Portugis.
Mungkin makam ini tidak jauh berbeda dari pemakaman pada umumnya. Namun, yang membuat berbeda adalah makam Tugu ini hanya khusus diisi oleh jenazah dari warga asli Kampung Tugu yang bermukim sejak 1661.
Makam tidak terbuka oleh warga pendatang dan kehadirannya hampir tergusur dengan pembangunan daerah sekitar Kampung Tugu yang penuh dengan tronton dan pembangunan perkotaan.