Tiga Kesalahpahaman Penggunaan Suplemen dan Vitamin

Utami Widowati | CNN Indonesia
Rabu, 06 Mei 2015 07:07 WIB
Salah mengonsumsi suplemen makanan dan vitamin malah bisa memicu risiko kesehatan, termasuk kanker.
Ilustrasi suplemen. (Colin Dunn/Flickr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada berita mengejutkan dari  presentasi pertemuan tahunan American Association for Cancer Research beberapa waktu lalu. Berbeda dengan pengetahuan umum saat ini yang menyebut konsumsi suplemen tertentu bisa mencegah kanker, dalam pertemuan itu disebut mengonsumsi  suplemen lebih dari yang dibutuhkan justru bisa memacu risiko kanker.

Secara khusus para peneliti menyebut “jika mengonsumsi suplemen lebih dari yang direkomendasikan dalam sehari untuk asam folat, vitamin E dan beta karoten.”

Ketertarikan para ahli akan suplemen dan kanker dimulai 20 tahun lalu. Saat itu para ilmuwan melihat orang yang banyak makan buah dan sayur cenderung terhindar dari kanker. Lalu mereka mencari tahu apakah dengan kandungan vitamin dan mineral dalam sayur dan buah memang membuat orang terhindar atau malah memicu kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka menemukan dalam sejumlah penelitian tentang tubuh manusia, risiko kanker memang malah bisa meningkat jika manusia mengonsumsi suplemen bisa memicu kanker pada kondisi tertentu. Misalnya saja suplemen beta karoten bisa memicu sakit jantung dan kanker pada perokok dan peminum alkohol berat.

Asam folat yang semula disangka bisa mengurangi risiko munculnya polip di usus besar — ternyata juga bisa memicu kemunculan kanker dalam salah satu penelitian.

Belum lagi kini ada beberapa kejadian di mana  produk suplemen salah diberi labet atau bahkan tercemar. Artinya kita harus lebih ekstra hati-hati dalam memandang dan mengonsumsi suplemen.

Paling aman tentu saja konsultasikan dulu dengan dokter Anda sebelum memutuskan untuk menggunakan salah satu suplemen, lalu gunakan sekadarnya sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Berikut tiga kesalahpahaman yang sering terjadi dalam memandang suplemen seperti disarikan dari laman Health.

1. Suplemen bukan obat untuk pola makan yang buruk

Nutrisi yang optimal adalah nutrisi dengan multisegi. Harus ada keseimbangan akan jumlah protein, lemak baik, karbohidrat yang sehat, serat, cairan, vitamin, mineral dan antioksidan di dalamnya.

Juga ketepatan waktu dalam penggunaannya. Menelan multivitamin atau suplemen begiu saja bisa menjadi kebiasaan diet yang tak sehat, seperti halnya melewati waktu makan atau terlalu banyak makan.

2. Lebih banyak tidak selalu berarti lebih baik

Vitamin C memang baik untuk membangun daya tahan tubuh. Sehingga orang sering terkecoh karena dengan makan lebih banyak dosisnya maka lebih banyak proteksi tubuh. Tidak demikian. Karena segala yang terlalu banyak bisa membawa risiko juga. 

Terlalu banyak vitamin C bisa berakibat kram, diare, dan dalam kondisi tertentu bisa berubah jadi pro-oksidan yang memicu kerusakan DNA.

Tak ada sesuatu yang melewati tubuh dalam jumlah terlalu besar yang tidak berdampak buruk, bahkan air putih sekalipun.

3. Yang alami bisa juga berbahaya

Ada mitos yang menyebut  zat alami tak akan membahayakan tubuh. Faktanya bahkan dalam jumlah moderat, jika tak digunakan dengan cara tepat zat alami juga bisa membawa risiko.

Misalnya kava (Hypericum perforatum), sejenis tumbuhan yang sering digunakan untuk membantu tidur dan mencegah kecemasan, ternyata juga bisa mengakibatkan keracunan pada liver.

Bunge St. John’s wort (Hypericum perforatum) yang sering digunakan untuk mengatasi depresi, jika berinteraksi dengan obat tertentu termasuk kontasepsi, bisa menurunkan efektivitasnya.

Yohimbe (Pausinystalia yohimbe) dikenal sebagai pembangkit gairah seksual atau aprosidiak, ternyata juga bisa memicu tekanan darah tinggi, kecemasan, rasa pusing, rasa gelisah dan sulit tidur. (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER