Menilai Kesehatan Tubuh dari Kecepatan Mengetukkan Jari

Windratie | CNN Indonesia
Senin, 04 Mei 2015 14:20 WIB
Mengetukkan jari dapat membantu peneliti melakukan tes medis kondisi penyakit neurologis, seperti parkinson, schizophrenia dan Alzheimer.
Jari telunjuk di tangan kanan baik laki-laki maupun perempuan adalah jari tercepat, mencapai laju ketukan lebih dari lima pukulan dalam satu detik pada peserta berusia dua puluhan. (StokPic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mengetukkan jari di atas meja biasanya menandakan seseorang bosan atau terganggu. Namun, tampaknya tidak semua pengetuk sama. Kecepatan mengetuk jari bisa dipakai sebagai tes medis untuk penyakit neurologis.

Lelaki mengetukkan jari mereka agak lebih  cepat dari perempuan. Lalu, orang-orang di usia dua puluhan pada dasarnya mengetukkan jari lebih cepat dari orang-orang yang usianya dua kali dari mereka.

Hasil dari penelitian kecepatan mengetukkan jari juga menemukan, perokok mengetuk sedikit lebih cepat dari orang-orang yang tidak merokok, dan orang-orang sehat mengetuk lebih cepat dari mereka yang menghindari olahraga, seperti dilansir dari laman Independent.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian, yang dilakukan para ilmuwan dari dua universitas di Istanbul, Universitas Bogazici dan Fatih, meneliti laju ketukan dan 'kapasitas beban jari' dari 148 orang, berusia antara 18 dan 85.

Setiap peserta diminta melakukan latihan mengetuk di papan ketik selama satu menit pada kecepatan maksimum. Semua jari dinilai, kecuali jempol, jadi ada sekitar delapan jari dinilai.

Para peneliti menemukan, jari telunjuk di tangan kanan baik laki-laki maupun perempuan adalah jari tercepat, mencapai laju ketukan lebih dari lima pukulan dalam satu detik pada peserta berusia dua puluhan.

Jari tengah hampir sama bagusnya seperti jari telunjuk, tapi jari kelingking adalah yang paling lambat pada kelompok ini. Sekilas, penelitian ini mungkin tampaknya remeh.

Namun, pemahaman lebih dalam dari studi mengetukkan jari bisa membantu merancang papan ketik komputer dan alat-alat musik. Ini juga dapat membantu peneliti melakukan tes medis untuk kondisi penyakit neurologis, seperti parkinson, schizophrenia dan Alzheimer.

(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER