Hilangnya Para Penghuni 'Surga' Bawah Laut Indonesia

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Senin, 11 Mei 2015 18:01 WIB
Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Kementerian Pariwisata, Frans Teguh mengatakan ada spot di kawasan Raja Ampat yang ditemukan sudah rusak.
Keindahan bawah laut Parigi Moutong, di Sulawesi Tengah. Parigi Mutong merupakan bagian dari Teluk Tomini, teluk terbesar kedua di Indonesia setelah Teluk Cendrawasih. (Dok. Photodivetrip Publishing)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada pertengahan April lalu ada berita mengejutkan dari Kementerian Pariwisata tentang alam bawah laut di salah satu tempat terindah di Indonesia. Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Kementerian Pariwisata, Frans Teguh mengatakan ada spot di kawasan Raja Ampat yang ditemukan sudah rusak.

"Enam bulan lalu ada underwater researcher datang dari Eropa datang ke Raja Ampat dia foto dan itu bagus sekali," kata Frans usai memberikan paparan tentang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata di Hotel Salak Heritage, Bogor, Jawa Barat.

Lima bulan selanjutnya mereka kembali dan melakukan pengamatan di tempat yang sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ironisnya lima bulan kemudian saat para peneliti itu kembali untuk meneliti lokasi yang sama mereka menemukan perbedaan yang sangat signifikan. Karang di kawasan tersebut ditemukan rusak.

Kala itu Frans menyebutkan karang yang rusak banyak disebabkan oleh bom ikan dari nelayan lokal. Selain itu ada juga hentakan kali dari para penyelam pemula yang belum begitu menguasai teknik menyelam.

Pesona keindahan Raja Ampat yang mulai luntur ternyata juga disadari oleh salah satu penyelam profesional, Sofi Sugiharto. Sejak pertama kali menginjakkan kakinya di Raja Ampat tahun 2006 lalu sampai saat ini kondisi Raja Ampat benar-benar berubah.

"Saya setiap tahun ke sana tambah berkurang keindahannya. Ikannya berkurang," kata Sofi ketika berbincang dengan CNN Indonesia di kawasan Kuningan, Jakarta.

Dulu, Sofi sering sekali melihat sculling bumphead yang banyak sekali di sana. "Dulu satu cave penuh. Tapi sekarang berkurang," ujarnya.

"Baracuda dulu banyak sekali, sekarang tambah kurang. Tambah banyak karang warnanya jadi putih. Belum lagi karang mati kena bom ikan," ujar perempuan yang juga menekuni underwater photography itu.

Tak hanya Raja Ampat yang mulai kehilangan pesonanya, Tulamben, Bali juga mengalami hal yang sama. Lagi-lagi Sofi harus jadi saksi 'kerusakan' tempat wisata ini.

"Di Tulamben dulu sculling jack fish banyak. Sekarang benar-benar hilang. Enggak ada," kata Sofi bercerita.

Sayangnya, Sofi belum sempat mengabadikan indahnya sculling jack fish berenang-renang di bawah laut. Tapi mereka sudah keburu menghilang entah ke mana.

"Saya ke sana tahun 2004. Ada, tapi saya belum foto. Terakhir ke sana lagi 2014 itu sudah hilang," kata Sofi.

Cerita pilu mengenai para penghuni alam bawah laut Indonesia lainnya datang dari Henry Tan. Ia bercerita, bahwa salah satu spesies endemik perairan Gorontalo, yaitu Salvador Dali kini ditemukan dalam kondisi patah.

"Salvador dali, spons endemik di sana. Tapi sekarang sudah patah," ujar Henry pada CNN Indonesia.

Kabarnya, spons itu bisa patah disebabkan ulah penyelam lokal yang tak tahu menahu kalau itu adalah spesies endemik.

"Kalau enggak ada campur tangan manusia, enggak bisa patah. Spons kalau sudah lecet, luka, bolong dikit itu sudah enggak bakal sembuh lagi," kata Henry menjelaskan.

Apa yang disampaikan Sofi dan Henry memang sudah terjadi dan tak bisa dicegah lagi. Namun, dengan terungkapnya cerita-cerita tentang destinasi wisata yang kondisinya mulai rusak, pemerintah dan pihak pengelola bisa menjaga lebih baik lagi dengan regulasi.

Para wisatawan pun diharapkan bisa menjaga lingkungan lebih baik lagi. Agar surga-surga bawah laut ini tetap terjaga sebagaimana mestinya.

(chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER