Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika manusia menemukan roda dan menjinakkan kuda, sehingga memungkinkan transisi dari masa berburu dan mengumpul ke masa pertanian, mereka juga mulai mengembangkan tulang lemah yang membuat orang-orang modern lebih rentan terhadap tulang patah dan osteoporosis, menurut penelitian terbaru.
Para ilmuwan menganalisis sisa-sisa peninggalan sejarah orang Eropa yang hidup pada berbagai zaman selama 33 ribu tahun terakhir. Mereka menemukan, gaya hidup yang lebih statis pada masa pertanian, tampaknya menyebabkan tulang tipis dan lebih rapuh pada manusia modern, dibandingkan dengan nenek moyang 'manusia gua'.
“Ada banyak bukti, manusia terdahulu memiliki tulang lebih kuat, dan latihan beban pada manusia modern dapat mencegah keropos tulang,” kata Christopher Ruff, direktur Pusat Anatomi Fungsional dan Evolusi di Johns Hopkins Medical Center, Baltimore, yang penelitiannya diterbitkan pada jurnal Prooceedings of the National Academy of Sciences pada Selasa (18/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Namun, kami tidak tahu, apakah pergeseran ke tulang yang lebih lemah didorong oleh munculnya pertanian, atau oleh sebab-sebab lainnya seperti diet atau urbanisasi.”
Dikutip dari Reuters, penelitian sebelumnya menemukan, bermain dan latihan beban di masa kecil, yang disandingkan dengan asupan kalsium dan vitamin D, merupakan cara terbaik membangun tulang yang kuat untuk seumur hidup.
Manusia purba, meski demikian, memiliki tulang lebih padat pada usia berapa pun dibandingkan dengan manusia modern.
Untuk memahami kapan dan mengapa perbedaan itu muncul, Ruff dan rekan-rekannya meneliti tulang panjang di kaki dan tangan dari 1.842 orang, yang hidup pada masa berburu dan mengumpul Paleolitik sampai Neolitik (Zaman Batu) di Eropa, dan juga selama Kekaisaran Romawi pada abad pertengahan dan Revolusi Industri abad ke-20.
Mereka merontgen tulang, dan membuat cetakan dempul silikon dari permukaan tulang. Mereka kemudian melakukan analisis komputer dari data tersebut, menentukan waktu dalam sejarah manusia yang bertepatan dengan pergeseran truktural tulang menjadi menipis.
Kekuatan tulang mulai menurun pada bagian femur dan tibia tulang kaki sekitar 7000 tahun yang lalu pada periode Neolitik, saat praktik pertanian dasar mulai dilakukan, dan berlanjut sampai sekitar 2000 tahun yang lalu pada periode Romawi.
“Penurunan terus berlangsung selama ribuan tahun, menunjukkan bahwa manusia memiliki transisi yang sangat panjang dari awal pertanian sampai gaya hidup yang menetap,” kata Ruff.
“Pada periode abad pertengahan (Romawi), kekuatan tulang sama kuatnya dengan hari ini.” Perubahan tulang humerus (lengan atas) lebih kecil dan kurang konsisten.
Temuan ini berlaku hanya untuk orang Eropa, berdasarkan catatan penelitian para ilmuwan. Mereka tidak mengatakan, apakah pola perubahan yang sama terjadi di belahan dunia lain.
Mengingat banyaknya gaya hidup yang lebih menetap terjadi sejak zaman Romawi, secara mengejutkan tulang-tulang manusia abad ke-20 tidak menjadi lebih lemah, apalagi teknologi memungkinkan berkurangnya tenaga dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kata Siman Mays, ahli biologi rangka manusia.
Mekanisasi telah meningkat terutama dalam 50 tahun terakhir, kata Mays yang tidak terlibat dalam penelitian. “Saya bertanya-tanya apakah perbaikan nutrisi di abad ke-20 menyebabkan tulang lebih tebal, membatalkan efek penipisan tulang.”
(win/mer)