Jakarta, CNN Indonesia -- Padatnya kendaraan dan hiruk pikuk proyek pembangunan menemani perjalanan warga Jakarta yang berlomba untuk menyejahterakan hidup. Tanpa disadari, polusi udara yang diisap menyebabkan gangguan pernapasan dan justru mengharuskan mereka merogoh kocek yang diperkirakan mencapai Rp 38,5 triliun.
Merujuk pada penelitian oleh Universitas Indonesia, sekitar 57,8 persen pasien di rumah sakit Jakarta mengalami penyakit komplikasi pernapasan. Dari keseluruhan pasien, sekitar 1,2 juta atau 12,6 persen di antaranya memiliki keluhan asma atau bronkitis.
Dengan perkiraan biaya Rp 173 ribu hingga Rp 4,4 juta per pasien, total ongkos pengobatan akibat asma dan bronkitis bisa mencapai Rp 210 miliar sampai Rp 5,3 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, posisi tertinggi ditempati oleh ARI atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), yaitu 2,4 juta kasus atau memakan porsi 25,5 persen.
"Dengan perkiraan biaya Rp 25 ribu sampai Rp 92 ribu, berarti biaya yang dikeluarkan total bisa Rp 225 miliar sampai Rp 11 triliun," ujar peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan dari Universitas Indonesia, Budi Haryanto, dalam jumpa pers di Belly Clan, Jakarta, Kamis (21/5).
Belum lagi penyakit gangguan pernapasan lainnya yang juga memakan biaya triliunan.
Melihat data ini, Budi mempertanyakan kemampuan pemerintah untuk mengatasi penyakit akibat penyakit pernapasan di Jakarta.
"Pada 2010, Kementerian Kesehatan mendapat dana dari APBN hanya Rp 20 triliun. Hanya orang Jakarta akibat gangguan pernapasan saja hampir dua kali lipat biaya itu," kata Budi.
Penyebab utama dari gangguan pernapasan orang di Jakarta, kata Budi, adalah polusi udara. Tak hanya di jalan, bahkan di dalam ruangan pun potensi masih ada.
"Orang yang masuk ke dalam ruangan kantor misalnya, partikel-partikel debu kecil bisa sampai 2 mikron itu menempel di baju dan tubuh. Itu akan menyebar ke seluruh ruangan dan bisa masuk ke organ pernapasan," tutur Budi.
Oleh karena itu, Budi mengatakan bahwa salah satu tantangan pemerintah yang besar saat ini adalah mengurangi polusi dan kemacetan.
(mer/mer)