Jakarta, CNN Indonesia -- Para pelari maraton dan semua atlet ketahanan lainnya harus mendapatkan tes jantung ketika berlari untuk menghindari potensi kematian mendadak, baik saat latihan maupun ketika kompetisi, berdasarkan sebuah studi terbaru, seperti dilansir dari laman
Independent.Para dokter yang coba mendeteksi ketidakteraturan detak jantung, dikenal juga aritmia, yang meneliti ventrikel kiri jantung, atau pada ventrikel kanan ketika atlet sedang beristirahat, akan melewatkan tanda-tanda penting dari disfungsi jantung yang hanya bisa dideteksi selama latihan. Hal tersebut bisa berakibat fatal, kata para ilmuwan.
Temuan, yang dipublikasikan di Jurnal Jantung Eropa ini, dapat mengubah cara pemantauan atlet pada saat tes rutin. Terutama terhadap mereka yang diduga mengalami aritmia. Caranya yakni dengan melakukan tes jantung yang fokus memperhatikan sisi kanan jantung ketika atlet sedang beristirahat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atlet triatlon dan sepeda gunung juga harus melakukan pemeriksaan jantung saat berolahraga, kata penulis penelitian merekomendasikan.
Olahraga ketahanan adalah olahraga yang cukup aman dengan kematian yang jarang terjadi. Studi ekstensif menunjukkan, kira-kira satu dari 150 ribu pelari maraton meninggal dunia akibat serangan jantung yang dipicu oleh kelainan jantung bawaan (pada pelari di bawah usia 35 tahun), atau karena penyumbatan arteri pada pelari yang sudah cukup tua.
Kematian mendadak tersebut kemungkinkan besar terjadi menjelang akhir maraton atau setengah lintasan maraton. Untuk itu, para ahli merekomendasikan pelari agar tidak terlalu mengerahkan diri ketika berada di garis akhir yang sudah di depan mata.
(win/mer)