Berpuasa Aman Bagi Penderita Diabetes Tipe Dua

Windratie | CNN Indonesia
Kamis, 18 Jun 2015 10:52 WIB
Puasa selama bulan Ramadan menimbulkan dua jenis risiko pada penderita diabetes tipe dua, kadang disebut sebagai diabetes onset dewasa.
Muslim dengan diabetes tipe dua yang memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan dapat menerima manfaat berpuasa yang lebih baik dengan mempelajari program pendidikan individual. (CNN Indonesia internet/ Pixabay/stevepb)
Jakarta, CNN Indonesia -- Muslim dengan diabetes tipe dua yang memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan dapat menerima manfaat berpuasa yang lebih baik dengan mempelajari program pendidikan individual. Hal tersebut diungkapkan dalam penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Diabetes Association (ADA) di Boston, seperti dilansir dari laman Reuters.

Bagi umat Muslim, Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam. Di bulan Ramadan, Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di sebagian besar negara, bulan Ramadan tahun ini dimulai pada 18 Juni.

Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan berpuasa dari fajar sampai matahari terbenam. Kendati, orang-orang dengan diabetes dibebaskan berpuasa di bawah hukum Islam, masih banyak penderita diabetes yang memilih melakukannya, kata Mahmoud Ibrahim, ahli endokrinologi dan direktur Pusat Pendidikan Diabetes di MacDonough, Georgia, Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Misi kami adalah untuk tidak mengabaikan mereka, tapi berusaha untuk membantu mereka menjalankan puasa yang aman,” katanya.

Menurut Ibrahim, puasa selama bulan Ramadan menimbulkan dua jenis risiko pada penderita diabetes tipe dua, kadang disebut sebagai diabetes onset dewasa.

Pertama, timbulnya komplikasi, misalnya gula darah rendah, gula darah tinggi, ketoasidosis (ketidakseimbangan metabolisme yang dapat berakibat fatal), dehidrasi, dan pembekuan darah.

Kedua, umat muslim yang menjalani puasa di bulan ramadan seringkali berpesta setelah berbuka puasa. Akibatnya, dapat menyebabkan penambahan berat badan.

“Keputusan untuk berpuasa sebenarnya merupakan interaksi antara tiga pemain utama, orang itu sendiri, pemimpin agama, penasihat medis,” kata Ibrahim.

“Semua orang dengan diabetes tipe satu atau yang membutuhkan insulin sebaiknya tidak berpuasa, setiap anak di bawah umur sebaiknya tidak berpuasa, dan tentu saja perempuan penderita diabetes dan hamil sebaiknya tidak puasa sama sekali.”

ADA merekomendasikan, penderita diabetes tipe dua yang memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan untuk menerima pendidikan tentang cara menjalankan puasa yang lebih aman.

Pada pertemuan ADA tersebut, Ibrahim mempresentasikan hasil studi terhadap 774 lelaki dan perempuan dengan diabetes tipe dua yang direncanakan untuk berpuasa pada tahun lalu selama Ramadan. Peserta penelitian mendatangi salah satu dari 16 klinik berbeda di Mesir, Iran, Yordania, dan Arab Saudi.

Setengah dari jumlah klinik menyediakan program pendidikan perorangan untuk dipelajari peserta, sementara separuh sisanya menyediakan perawatan biasa.

Program pendidikan memberikan informasi tentang perencanaan makan, aktivitas fisik, pemantauan glukosa darah, komplikasi metabolik akut, dan rencana perawatan diabetes individual.

Setelah Ramadan, Ibrahim dan timnya menemukan, peserta penelitian yang menerima pendidikan individual telah memodifikasi perlakuan mereka selama Ramadhan. Mereka lebih memantau gula darah, setidaknya dua kali sehari. Pengetahuan mereka tentang tentang tanda dan gejala hipoglikemia juga lebih baik. Indeks massa tubuh mereka juga berkurang secara signifikan yang dapat meningkatkan kontrol glukosa darah.

(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER