Jakarta, CNN Indonesia -- Apa yang harus dilakukan untuk mendesain menu suguhan anggur di salah satu maskapai penerbangan kelas atas? Menurut Master of Wine dari Qatar Airways, James Cluer, caranya adalah dengan melakukan skala terhadap beberapa gunung tertinggi di muka bumi dan menenggak banyak anggur.
Seperti dilansir Travel and Leisure, Cluer sudah menekuni industri anggur profesional lebih dari 22 tahun. Selama itu pula, Cluer sudah berkelana ke berbagai ketinggian tak biasa untuk menyusun menu penerbangan.
"Kami menyusun kategori dan menarik basis data dari berbagai jenis wine terbaik. Pabrik-pabrik anggur akan mengirimkan sampel dan kami akan berjalan ke satu ruangan berisi 750 hingga seribu jenis anggur berbeda. Jadi, jangan anggap pekerjaan ini seperti yang Anda bayangkan. Pada pukul 07.30, Anda harus mencicipi semua jenis wine tersebut," tutur Cluer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi, Qatar selalu mengubah menu wine dalam jangka waktu tiga bulan. "Sampanye Krug dan Kopke Colheita dari Portugal yang berusia 41 tahun, Anda tidak boleh turun dari pesawat sebelum mencoba dua minuman itu," kata Cluer.
Meskipun ada beberapa botol wine yang selalu ditemukan dalam menu, tapi Cluer memastikan bahwa sensasi akan berbeda. Bagi pencinta wine profesional, ketinggian dan sirkulasi udara dalam kabin dapat membuat mereka kesulitan untuk mengapresiasi nuansa dan kedalaman rasa segelas anggur.
"Anda yang berubah, bukan anggurnya. Bersihkan semua miskonsepsi. Ketika Anda berada di dalam kabin dengan udara kering, Anda akan mengalami kehausan wine lebih cepat ketimbang jika Anda di daratan, dan rongga hidung Anda akan kering," tutur Cluer.
Sensasi tersebut menjadi tantangan bagi penyaji wine profesional. Pilihan anggur harus sangat teliti.
"Wine memiliki intensitas aroma yang banyak, tapi Anda sedang berada di udara dan tetap harus menikmati pengalaman tersebut secara utuh. Maka, kami memilih anggur dengan kekayaan dan kematangan tertentu, dan tidak terlalu memiliki asam tanik," papar Cluer.
Cluer pun menjelajah beberapa gunung tertinggi dunia untuk membuktikan teori tersebut. Setelah menarik skala di Gunung Kilimanjaro, Cluer bertualang ke Gunung Everest untuk sekadar mencicipi anggur pilihannya di ketinggian berbeda.
Dengan berbagai penerbangan yang ia tempuh dari satu titik ke titik lain, Cluer mendapat banyak pelajaran lain. "Buih sampanye lebih banyak di gunung dibandingkan dengan di ketinggian laut," ucapnya.
Meskipun Cluer telah menjamah hampir seluruh puncak destinasi wine tradisional, ia masih tetap ingin menjelajah kembali Perancis.
"Kesalahpahaman anggapan bahwa Perancis adalah satu-satunya tempat dengan nuansa wine kedaerahan kini sudah tak berlaku. Anda akan melihat berbagai jenis wine dari tempat-tempat tak biasa, seperti Meksiko atau Texas. Bahkan, ada kebun anggur di Thailand dan sparkling wine dari India," kata Cluer.
Sementara memandang puncak tertinggi di Amerika Selatan, Aconcagua, Cluer masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dituntaskan. Salah satu tugas sederhana yang menantinya adalah penerbangan kembali ke Doha.
(mer)