Jakarta, CNN Indonesia -- Jika ditanya bubur nasi apa yang paling terkenal di Jakarta, sebagian dari Anda mungkin saja Anda akan bilang bubur ayam khas Cianjur, Cirebon atau Sukabumi.
Tiga bubur khas daerah ini memang sudah terkenal kenikmatannya di hampir semua wilayah, terutama pulau Jawa. Mungkin saja, kedua bubur ini bisa dinobatkan sebagai rajanya bubur nasi.
Namun, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Anehnya, hidup dan bekerja di Jakarta tak membuat bubur ala Jakarta alias Betawi lebih terkenal. Yang harus diketahui, paling tidak sebagai orang yang hidup di Jakarta, warga Betawi juga punya bubur tradisionalnya sendiri.
Sayangnya, dari dulu sampai saat ini, kelezatan bubur betawi kurang menggema. Masihkan tersisa jejak bubur betawi ini? Mungkin saja ada, tapi jejaknya mungkin sudah nyaris hilang disapu zaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bubur Betawi ini dikenal sebagai bubur ase. Bubur ase ini tampil sangat berbeda dengan jenis bubur cianjur atau sukabumi, apalagi dengan jenis bubur Chinese.
Bubur nasinya mungkin biasa, tapi topping yang diberikan di atasnya sangatlah berbeda. Jika bubur cianjur dan sukabumi memiliki topping suwiran daging ayam dan juga taburan kacang kedelai goreng, irisan daun seledri, bawang goreng dan kerupuk oranye serta emping, bubur ase tidaklah demikian.
Penampakan bubur ini gelap, di beberapa sisi mungkin terlihat bubur nasi lembutnya yang berwarna putih. Kuah bumbu buburnya tidak menggunakan kuah santan berwarna kuning. Gelapnya bubur ini disebabkan karena bubur ini dipadu dengan kuah semur daging Betawi yang legendaris.
Bukan cuma kuahnya saja yang ditambahkan ke dalam bubur. Potongan daging sapi dan kentang yang dibuat semur ini juga ditambahkan sebagai lauk pendamping bubur. Semur betawi ini diolah Siti Rochani, penjual bubur ase dengan bumbu-bumbu komplit. Semur ini dibuat dengan bumbu lada, bawang putih, kemiri, dan biji pala yang dihaluskan.
"Semua resepnya turun-temurun," kata Siti Rochani, penjual bubur ase di Pekan Raya Jakarta kepada CNN Indonesia beberapa hari lalu.
Pekat dan manisnya semur ini tak begitu terasa di mulut dengan tambahan aneka topping bubur lainnya yang lebih gurih, misalnya, ikan teri asin yang digoreng, kacang tanah goreng, daun kucai iris, dan bawang goreng.
"Aslinya pakai teri jengki. Tapi sekarang saya pakai teri medan karena rasanya jadi lebih enak," katanya.
Kombinasi rasa manis semur yang berpadu dengan gurih ikan asin membuat sensasi rasanya semakin mantap. Apalagi ketika ditambah dengan pedasnya sambal cabai merah dan renyahnya kacang tanah serta emping.
Namun bubur betawi ini belum lengkap tanpa adanya tambahan asinan sayur khas Betawi di dalamnya. Melihat komposisinya, bubur ini bisa jadi digolongkan sebagai varian bubur yang cukup sehat. Karbohidrat berasal dari bubur, protein dari daging semur dan vitamin serta serat berasal dari asinan sayur.
Asinan sayur ini berisi sawi asin, toge, mentimun dan juga wortel. Sedangkan bumbu asinannya dibuat dari ebi (udang kering), cabai merah tanpa biji, gula pasir, garam dan air asam Jawa.
Adanya semur dan asinan di dalam buburnya ini membuat banyak orang berpikir bahwa ini jadi penyebab buburnya bernama ase. Ase dianggap singkatan dari asinan dan semur.
"Ase itu artinya dingin. Buburnya disajikan dingin dan jadi serba dingin ditambah asinan dan teri. Kunci buburnya terletak di daging dan asinan," ucapnya.
Paduan semur dan asinan ini memang terkesan asing. Namun kenyataannya, rasanya enak. Kombinasi buburnya yang meriah ini terasa sangat nikmat di lidah. Sensasi rasa manis, asin, gurih, pedas, dengan tekstur yang renyah terasa menggoda lidah.
"Lebih enak lagi kalau pakai sate ati ampela. Karena memang bubur paling enak makan pakai ati ampela," ujar perempuan yang disapa Ani ini.
Makanan langkaSeporsi bubur ase di PRJ ini dijualnya dengan harga Rp 15.000. "Harganya memang lebih mahal, karena pakai daging (semur)."
Ani mengaku bahwa kini sudah tak banyak lagi orang yang menjual bubur asli Jakarta ini. Mungkin hanya tinggal beberapa orang saja yang menjualnya. Namun bisa jadi, jejaknya sudah tak terdeteksi lagi.
"Saya jualannya memang pas di PRJ saja," katanya mengakui.
"Kalau ada pun pas ada Lebaran Betawi. Habis Lebaran sebulan, ada stand di Kemayoran yang jual kita juga."
Keinginan Ani untuk menjual bubur ini bukanlah semata-mata ingin mencari keuntungan saja. Sebaliknya ia justru ingin memperkenalkan bubur ini kepada masyarakat luas. "Saya mau melestarikan makanan Betawi. Belum banyak yang tahu bubur ini."
(chs/mer)