Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu kebiasaan masyarakat Indonesia ketika masuk dalam bulan Ramadan adalah senang berbelanja beraneka hidangan ketika akan berbuka puasa. Kebiasaan tersebut pun juga pernah dirasakan oleh pakar masak-memasak, Sisca Soewitomo.
"Kebiasaan itulah yang biasanya membuat biaya di bulan puasa melonjak, semua hidangan disajikan dalam satu meja," kata Sisca ketika ditemui di kawasan Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Dirinya mengakui godaan untuk memborong beraneka macam makanan pembuka puasa adalah godaan yang besar, terutama ketika mengunjungi pasar tradisional. Berbagai hidangan siap menggoyah iman para pembeli seperti lupis, putu mayang, aneka gorengan, kolak, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun menurut Sisca, dalam penyajian hidangan berbuka puasa, sebaiknya jangan menyertakan semua makanan yang diinginkan. Cukup pilih satu jenis makanan yang dapat mewakili rasa manis, asin, dan satu jenis minuman.
Dengan cara penyajian seperti itu, biaya yang dikeluarkan tidak akan banyak. Makanan sisa yang bakal terbuang pun juga tidak terlalu banyak. Dan yang terpenting, masih dapat melaksanakan ibadah salat Tarawih.
"Kalau kebanyakan saat buka puasa, tidak bisa Tarawih nanti," kata Sisca. "Makan yang manis ketika berbuka saja sebenarnya sudah cukup mengenyangkan.”
Jika Anda dihadapkan pada sebuah meja berisi berbagai macam makanan hidangan berbuka puasa, Sisca menganjurkan untuk mengambil hidangan yang dapat mengganjal perut untuk sementara waktu.
Pilihan Sisca jatuh kepada kolak dan bihun goreng dengan porsi yang sedikit. Jika terlalu banyak, dikhawatirkan perut akan 'kaget' karena terisi banyak secara mendadak. Hidangan utama seperti nasi biasanya baru dihidangkan Sisca setelah salat Tarawih.
(mer)