Cara 'Putus' agar Tetap Jalin Hubungan Baik dengan Mantan

Windratie | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jun 2015 15:43 WIB
Bagaimana pasangan yang berpisah tetap dapat saling menghormati hubungan mereka? Yang utama adalah, mengatasi masalah dengan cara yang benar sejak awal.
Jika ingin mengakhiri hubungan, bersikaplah jelas dan langsung, agar bubarnya hubungan menjadi jelas. (Getty images/ Thinkstock/JackF) (
Jakarta, CNN Indonesia -- Seringkali pasangan berpisah karena masalah yang tidak dapat mereka atasi. Namun, ada juga pasangan yang berpisah, tapi mampu menjalin hubungan baik sebagai teman ataupun rekan orang tua dalam membesarkan anak.

Bagaimana pasangan yang berpisah tetap dapat saling menghormati hubungan mereka? Yang utama adalah, mengatasi masalah dengan cara yang benar sejak awal. Priscilla Sim, konselor rumah tangga Relate di Inggris, memberikan contoh, seperti dilansir dari laman Independent.

“Sangat bisa dimengerti orang-orang akan sangat marah ketika mereka dicampakkan melalui pesan singkat, telepon, email, atau bahkan lewat Facebook atau Twitter,” katanya. Bersembunyi di balik teknologi mungkin seperti pilihan yang mudah, tapi itu adalah sikap pengecut, Priscilla melanjutkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebaiknya, keputusan bubarnya hubungan sebaiknya dilakukan secara pribadi. Idealnya di tempat netral, yang semi-privasi. 'Calon mantan' mungkin ingin mengajukan pertanyaan. Jadi, berikan mereka ruang untuk memproses dan menemukan sebuah akhir hubungan yang lebih baik. Bukan 'memutuskan' lalu melarikan diri begitu saja.

Jika ingin mengakhiri hubungan, bersikaplah jelas dan langsung, agar bubarnya hubungan menjadi jelas. Putuslah secara damai, sampai orang lain bahkan tidak sadar jika hubungan dengan pasangan baru saja berakhir.

Jika membumbui pesan secara berlebihan, itu dapat membuat orang lain percaya bahwa masih ada harapan dan mencoba untuk bertahan. Dalam jangka panjang, hal ini bahkan menyebabkan rasa sakit dan kemarahan yang lebih besar.

Ketika kedua pasangan melanjutkan hidup mereka pasca-perpisahan, jangan terjebak untuk mengkritik mantan kepada siapa pun. Cobalah untuk menghindari hal tersebut, terutama di depan teman Anda berdua, apalagi anak-anak. Priscilla berkata, anak-anak bisa menjadi bingung.

Menurutnya, kepercayaan anak-anak telah terkoyak dan mereka masih berjuang mengatasi dampak perpisahan. Lalu, ketika jatuh pada pembagian aset, seseorang bisa menjadi sangat emosional. Seringkali bukan harta benda tersebut yang sebetulnya benar-benar mereka pedulikan, tapi apa yang diwakilinya.

Dalam beberapa kasus mereka tidak siap untuk melepaskannya. Di lain pihak, itu adalah cara untuk mengekspresikan kemarahan atau mempertahankan kekuasaan. Jadi, Priscilla menyarankan, ketika masuk ke dalam permasalah pembagian barang-barang, pertimbangkan apakah benda tersebut benar-benar layak sampai-sampai harus bertengkar untuk mendapatnya.

Akhirnya, ketika orang berpisah, akan ada seseorang yang akan merasa diperlakukan tidak adil dan ingin membalas dendam. Pada beberapa kasus, ada pasangan yang memotong pakaian atau 'tidur' dengan teman mantannya.

Priscilla berkata, balas dendam mungkin terasa manis di awal. Namun, konsekuensinya biasanya lebih besar daripada kepuasan sesaat, bahkan bisa melanggar hukum. Jika tetap tergoda untuk balas dendam, dengan cara apapun, cobalah berpikir di luar rasa sakit. Bayangkan konsekuensi jangka panjang untuk diri sendiri dan orang lain yang terlibat, kata Priscilla.

“Balas dendam terbaik yang dapat Anda miliki adalah dengan memiliki hidup yang bahagia, dan bergerak dari rasa sakit.”


(win/mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER