Jakarta, CNN Indonesia -- Orang yang baru sembuh dari sakit memang tidak dianjurkan dulu untuk berpuasa. Namun, jika tubuh sudah terasa kuat dan bisa maksimal menjalankan puasa, pasien pasca sakit juga boleh berpuasa.
“Puasa dapat membuat beban kerja metabolisme tubuh menjadi turun atau diistirahatkan. Puasa seharusnya tidak membuat status kesehatan seseorang menjadi sakit, asalkan dilakukan dengan benar, yakni konsumsi kalori yang cukup, minum cukup, aktivitas cukup, dan jangan lupa menunaikan sahur,” ujar dr Sandy Hantono dalam pernyataannya yang diterima CNN Indonesia.
Hanya saja, Anda harus benar-benar memerhatikan asupan makanan saat sahur dan berbuka. Pemilihan makanan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh akan membuat tubuh Anda jadi sehat dan mempercepat penyembuhan diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Praktisi Gizi Klinik dan Olahraga Rita Ramayulis mengungkapkan bahwa masing-masing penderita penyakit tertentu memiliki pantangan makan yang berbeda pula.
Bagi penderita diabetes, Anda perlu mengetahui berapa jumlah yang harus dikonsumsi sesuai dengan kemampuan tubuh untuk mengolahnya.
“Penderita diabetes tentu saja akan kesulitan untuk mengubah glukosa dari karbohidrat sederhana jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar atau dengan indeks glikemik yang tinggi," katanya.
"Hal ini disebabkan karena hormon insulin pada penderita diabetes sebagian telah resisten. Oleh karena itu penambahan gula pada minuman maksimal 10 persen, dikonsumsi bersama dengan makanan berserat misalnya kolak dengan tambahan pisang dan ubi atau jus buah tanpa disaring” ujar Rita.
Makanan manis mengandung gula sedangkan yang digoreng mengandung minyak. Gula dan minyak dalam panduan gizi seimbang seharusnya dikonsumsi dalam jumlah minimal. Dalam jumlah yang berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi tubuh.
Sedangkan untuk makanan utama, penderita diabetes harus sangat memerhatikan asupan sayur yang akan dikonsumsi. Sayur yang disantap haruslah terdiri dari tipe A dan tipe B atau C.
Sayuran tipe A adalah sayuran yang tidak mengandung energi hanya mengandung serat dan mikronutrien yang diperlukan oleh penderita diabetes melitus untuk menurunkan indeks glikemik makan. Beberapa sayuran ini misalnya, tomat, ketimun, selada, lobak, oyong. Sedangkan sayuran tipe B dan C mengandung energi 25 sd 50 kcal untuk setiap sajinya.
Bagi penderita hipertensi, Anda harus membatasi jumlah makanan asin. Tak cuma itu, Anda juga harus menambah asupan makanan yang merupakan sumber kalium seperti kentang, apel, pisang, belimbing.
Pasien dengan riwayat penyakit asam urat, tak boleh ketinggalan untuk berpantang. Anda tentunya harus menghindari jeroan dan daging. Rita menyarankan juga, setelah makanan utama dapat mengonsumsi sari buah yang mengandung asam sitrat seperti sari jeruk.
Hal ini tentunya berbeda dengan orang yang menderita dislipidemia atau kadar lemak tubuh di atas nilai normal. Dislipidemia ini berpotensi meningkatkan penyakit jantung koroner. Bagi orang yang menderita penyakit ini, mereka harus membatasi konsumsi makanan hewani, makanan yang digoreng dan yang disantan kental.
(chs/mer)