Jakarta, CNN Indonesia -- Belle Gibson (23) adalah seorang blogger kesehatan. Dia berubah dari seseorang yang jadi sumber informasi hidup sehat menjadi seorang yang dicemooh karena menipu. Dia berbohong tentang suatu hal yang sangat serius. Yakni, mengidap kanker otak terminal.
Dia menggembar-gemborkan cerita bahwa dirinya berhasil mengalahkan penyakit kanker otak dengan mengonsumsi whole foods (makanan yang tidak diproses dan mentah), mengandalkan pengobatan alternatif, bukan pengobatan konvensional, seperti kemoterapi atau radiasi. Namun, kisah tersebut terurai dengan mengejutkan.
Publikasi di Australia, The Australian dan The Age, mengungkap bahwa Gibson tak pernah menderita kanker. Dia juga tidak mendonasikan 25 persen dari penjualan di perusahaannya untuk amal, seperti yang pernah dia katakan sebelumnya. Gibson mengaku, dia berbohong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, dalam wawancara pada 28 Juni lalu dalam program
60 Minutes Australia, Gibson menegaskan, dia adalah korban. Dokter telah salah mendiagnosis, katanya mengaku.
“Ketika saya menerima kepastiannya, 'tidak, Anda tidak memiliki kanker', itu adalah sesuatu yang membuat trauma. Saya amat sedih karena telah dibohongi,” katanya.
Gibson tidak cuma berbohong tentang kanker, tapi juga soal usianya. Sepertinya, Gibson sangat yakin, bahwa perilakunya tersebut tidak memengaruhi siapa pun kecuali dirinya sendiri. “Saya tidak memperdagangkan cerita saya atau kehidupan orang lain,” katanya.
Seberapa dalam sebetulnya Gibson meyakini hal tersebut? Apakah perasaan itu juga yang diyakini oleh oleh para pembohong patologis lainnya. Dilansir dari laman Women's Health, untuk mengetahui hal tersebut, Anda harus mengetahui dari mana dorongan berbohong secara konsisten berasal.
“Dalam jurnal Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Jiwa, edisi ke-5, tidak ada diagnosis untuk pembohong patologis, seperti depresi atau kecemasan,” kata Matthew Goldfine, psikologis klinis di New York dan New Jersey.
Sebaliknya, orang-orang yang tak dapat berhenti berbohong setidaknya memiliki satu dari dua diagnosis, gangguan tiruan/ buatan (factitious disorder) atau gangguan berpura-pura sakit (malingering disorder). Mereka yang masuk dalam kategori gangguan kebohongan dibuat-buat menginginkan semua mata tertuju padanya. Mereka mendambakan perhatian.
Sementara, seseorang dengan malingering disorder (pura-pura sakit padahal sehat) mencari keuntungan nyata, yang tidak berdasarkan perhatian, melainkan uang, waktu kerja, atau obat-obatan, atau sesuatu yang lain yang menguntungkan mereka dalam beberapa hal.
Secara teoritis, seseorang dengan gangguan berpura-pura sakit dapat diobati dengan restrukturisasi kognitif. Di sini, psikolog membantu pasien untuk menggeser pola pikir mereka menjadi pandangan yang lebih akurat.
Sangat mudah untuk berpikir, seorang seperti Belle Gibson sepenuhnya berbahaya. Namun, hal tersebut sulit untuk dijawab. “Saya bukan psikolognya jadi saya tidak dapat mengatakan dengan pasti. Namun, dalam kasus seperti ini, tidak mungkin orang tidak menyadari apa yang mereka lakukan, seseorang dengan Skizofrenia,” kata Goldfine.
“Mereka mungkin meyakinkan diri mereka bahwa itu bukan masalah yang besar, atau mereka tidak menyakiti siapa pun. Berbohong untuk kebanyakan orang, untuk mendapatkan keuntungan signifikan, dan terus berbohong, sangat sulit dilakukan bagi kebanayakan orang secara mental.”
(win/mer)