Jakarta, CNN Indonesia -- Memiliki nenek moyang yang kekurangan gizi dapat meningkatkan risiko menjadi gemuk, bahkan meskipun mereka tidak makan secara berlebihan, berdasarkan sebuah penelitian.
Temuan tersebut berarti, orang-orang dari negara berkembang yang beralih ke pola makan orang barat berisiko besar terkena obesitas dan masalah yang menyertainya, misalnya diabetes tipe dua dan penyakit kardiovaskular, dibandingkan dengan orang-orang Kaukasian, kata para peneliti.
Itu artinya, tubuh keturunan mereka masih dirancang untuk mengatasi kekurangan gizi. Bahkan jika mereka mengonsumsi makanan yang jumlahnya dianggap normal, mereka tetap akan cenderung kelebihan berat badan, kata para ilmuwan dari Universitas Sydney.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tidak mengherankan jika peningkatan kemakmuran di negara-negara berkembang disertai dengan peningkatan mendadak asupan kalori,” kata para peneliti.
Artinya, tubuh para keturunan masih dirancang mengatasi kekurangan gizi sehingga mereka menyimpan lemak dengan cara yang membuat mereka lebih rentan terhadap obesitas yang dapat menyebabkan penyakit.
Temuan ini menjelaskan ramalan bahwa lebih dari 70 persen beban global diabetes tipe dua akan dialami individu dari negara-negara berkembang pada 2030, kata para ilmuwan.
Penelitian selama 12 tahun yang diterbitkan dalam jurnal Cell Metabolism tersebut melibatkan dua kelompok tikus. Tikus pertama memiliki kondisi kekurangan gizi selama 50 generasi, kemudian menjalan diet normal untuk dua generasi.
Kelompok kedua, yakni kelompok kontrol, mempertahankan diet normal untuk 52 generasi.
Ketika keturunan dari kelompok pertama mendapatkan diet normal, yang tidak membalikkan modifikasi epigenetik nenek moyang mereka yang kurang gizi, maka mereka delapan kali lebih mungkin mengembangkan diabetes dan cacat metabolik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
(win/mer)