Jakarta, CNN Indonesia -- Lebaran menjadi momen berharga keluarga untuk bersilaturahmi. Di Indonesia, tradisi lebaran dijalani dengan acara silaturahmi di mana setiap anggota keluarga berkumpul. Biasanya di momen kumpul-kumpul keluarga seperti itu, ada satu pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh salah satu anggota keluarga, yang sasarannya adalah para lajang.
“Kapan kawin?”, “Kapan Merried?”, atau “Kapan kita terima undangan?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap menjadi momok para lajang, terutama di usia-usia yang menurut kebiasaan masyarakat sudah seharusnya menikah. Menariknya, pengalaman seperti ini hampir dialami sebagian besar lajang di Indonesia ketika Lebaran.
Bisa dibilang, pertanyaan ‘kapan kawin?’ adalah tradisi lain Lebaran, selain makan ketupat atau mudik. Saking kuatnya tradisi tersebut setiap Lebaran, dunia maya sudah dimeriahkan oleh kumpulan ‘meme Lebaran lucu saat ditanya kapan kawin’. Pertanyaan ‘kapan kawin?’, jika ditelaah lebih dalam, sebetulnya adalah fenomena sosial yang berlandaskan pada budaya masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psikolog dari Universitas Indonesia, Rose Mini, mengatakan, pertanyaan semacam itu sebetulnya adalah perhatian yang diberikan anggota keluarga. “Orang yang nanya itu sebetulnya karena dia concern. Orangtua, tante, atau bude yang menanyakan hal tersebut karena sebetulnya mereka sayang. Kok belum kawin, kendalanya apa?” kata psikolog yang akrab disapa Bunda Romi itu saat berbincang dengan CNN Indonesia di kantornya.
Menurut Rose Mini, saat ini kita tidak boleh mengindahkan adanya pergeseran zaman. “Ada kalanya orang belum menikah bukan karena dia belum ketemu jodoh, tapi karena dia memang tidak mau,” ucapnya. “Jadi enggak salah juga sih sebenarnya orang bertanya.”
Kadang ada orang yang berprinsip untuk tidak menikah, karena lebih memilih karier. Itu cukup banyak terjadi di Indonesia, bukan hanya di luar negeri, kata Rose Mini. “Di luar negeri mungkin orang enggak terlalu begitu bertanya karena culture-nya berbeda.”
Tidak usah jauh-jauh, di pelosok daerah di Indonesia, pada umur tertentu seorang gadis yang sudah masuk masa pubertas tidak hentinya ditanyai ‘kapan nikah?’
“Padahal dia merasa umurnya masih tujuh belas atau delapan belas tahun, tapi di sana menjadi suatu titik di mana para gadis wajib untuk sudah menikah. Jadi, di tiap daerah di Indonesia saja berbeda,” kata Bunda Romi.
Namun, menurut Bunda Romi, pertanyaan ‘kapan kawin?’ timbul karena ada masyarakat yang mengatakan, pada umur tertentu sebaiknya seorang perempuan atau laki-laki sudah siap menikah. “Makanya pertanyaan itu selalu timbul. Dan pertanyaan itu semakin timbul, apalagi kalau orang itu punya karier,” ujar Rose Mini menjelaskan.
(win/mer)