Makam Kaum Fakir Terbesar di Amerika Dibuka untuk Umum

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 20 Jul 2015 13:30 WIB
Untuk pertama kalinya, puluhan keluarga dapat melewati pagar batas kepulauan Hart Island, salah satu pemakaman kaum fakir miskin terbesar di Amerika Serikat.
Hart Island (Doc Searls via Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hanya butuh waktu sepuluh menit perjalanan kapal untuk mencapai Hart Island, salah satu pemakaman kaum fakir miskin terbesar di Amerika Serikat. Namun, Rosalee Grable menghabiskan waktu lebih dari satu tahun untuk dapat mengunjungi situs tempat ibundanya dimakamkan tersebut.

Grable adalah salah satu dari puluhan keluarga yang untuk pertama kalinya dapat melewati pagar batas kepulauan tersebut pada Minggu (19/7). Tapak kaki mereka menjadi saksi sejarah pembukaan situs liang lahat bagi satu juta orang tersebut.

"Saya sangat bersyukur dapat pergi ke sana dan berdiri di atas kuburannya," ujar Grable sambil menggenggam seikat bunga untuk diletakkan di atas makam ibunya, Gladys Van Aelst.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama bertahun-tahun, Grable tak dapat mengunjungi makam ibunya lantaran pemerintah membatasi kunjungan dengan sangat ketat. Departement of Correction berargumen bahwa akses ke pemakaman tersebut harus dibatasi karena alasan keamanan dan terbatasnya fasilitas.

Seperti dilansir Reuters, pemerintah mulai berubah pikiran ketika para aktivis kelas menengah mengajukan surat gugatan pada awal bulan ini. Hasil dari gugatan tersebut masih menunggu keputusan akhir. Namun, sejak saat itu pemerintah mulai mengizinkan kerabat dan tamu lainnya untuk memasuki daerah tertutup tersebut setidaknya sekali dalam sebulan.

Dibeli oleh pemerintah kota pada 1869, Hart Island sudah pernah beralih fungsi beberapa kali, yaitu menjadi penjara, rumah sakit, dan rumah sakit jiwa. Akhirnya, tanah seluas 53 hektar tersebut dimantapkan fungsinya menjadi kuburan bagi para narapidana dan orang kurang beruntung.

Hingga kini, tanah tersebut menjadi rumah terakhir bagi sekitar satu juta orang. Sebagian besar dikubur secara massal. Mereka biasanya adalah orang tak dikenal atau keluarganya tak mampu membiayai proses penguburan.

Alasan itu pula yang membuat ibunda Grable akhirnya dikuburkan di Hart Island. Saat mengembuskan napas terakhirnya di usia 85 tahun, keluarga Aelst tak dapat memenuhi biaya kuburan pribadi.

"Ia memiliki tabungan untuk biaya kuburan sebesar US$2.500, tapi ia mengirimkannya kepada adik saya untuk membeli mobil, sekitar tiga bulan sebelum ia jatuh sakit," tutur Grable.

Meskipun dikhususkan bagi orang tak mampu, Grable menganggap pelataran kuburan tersebut sebenarnya memiliki pemandangan yang indah. Beberapa bangunan kuburan bergeletakan di tengah hamparan vegetasi lain yang tampaknya tak terurus. Monumen monolitikus setinggi 9 meter dengan salib dan ukiran kata "Peace" berdiri tegak di atas kuburan tersebut.

Keindahan tersebut juga diakui oleh seniman asal Kanada yang berkesempatan untuk menghias situs kuburan di Hart Island. "Ini seperti katedral di ruang terbuka," katanya. (chs/chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER