Jakarta, CNN Indonesia -- Raungan Gunung Raung (Jawa Timur), Gunung Gamalama (Mauluku Utara), dan Gunung Sinabung (Sumatera Utara) berdampak besar bagi Indonesia. Bukan cuma menorehkan duka bagi penduduk di sekitar dan Indonesia pada umumnya, tapi erupsi tiga gunung ini juga membawa kabar buruk bagi sektor pariwisata daerah wisata sekitarnya, terutama Bali, Lombok, Ternate dan Sumatera Utara.
Abu vulkanik dari letusan gunung-gunung tersebut dianggap Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sangat mengganggu pariwisata. Hal ini disebabkan karena sebaran arah abu vulkanik yang bisa mengganggu penerbangan. Oleh karenanya, mau tak mau bandara yang terkena dampak abu vulkanik harus ditutup. Beberapa bandara yang sempat dibuka-tutup antara lain Bandara Notohadinegoro di Jember dan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Bandara Juanda di Surabaya sampai Bandara Ngurah Rai di Bali.
Baca Juga: Abu Raung Menyebar: Dua Bandara Ditutup, Ngurah Rai Dibuka
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari Indonesia Barat, Indonesia Tengah, Indonesia Timur, kok ya meletus dalam waktu yang bersamaan. Ini sangat berdampak signifikan pada angka kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara," kata M. Iqbal Alamsjah, Ketua Tim Crisis Center Kemenpar sekaligus Kepala Biro Humas Kementerian Pariwisata RI dalam pernyataan yang diterima CNN Indonesia.
Ditambahkan dia, dampak penurunan wisata ini sangat terasa untuk angka wisata di Bali. Bali adalah target terbesar kunjungan wisman ke Indonesia, dengan proyeksi sekitar 40 persen. Jika Bali terganggu, maka itu akan sangat berdampak pada target kunjungan wisman ke tanah air.
Namun, bencana alam ini membuat pariwisata Bali jadi terganggu. Dalam hitungan wisata normal, setiap hari wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bali itu sekitar 23,4 ribu orang, atau 8,5 juta orang dalam setahun. Dari jumlah itu, 1,3 juta via udara (15 persen), 7,1 juta via darat (65 persen), dan sekitar 140 ribu dengan menggunakan kapal laut.
Sedangkan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Bali mencapai 10 ribu wisatawan. Mereka biasanya menggunakan pesawat terbang dari negara asal sampai ke bandara Ngurah Rai, Denpasar.
“Karena itu, ketika abu vulkanik Gunung Raung mengganggu penerbangan ke Bali, kami betul-betul kelabakan. Ini situasi krisis bagi pariwisata nasional,” ucapnya.
Rata-rata pengeluaran per kunjungan wisman (2014) adalah 1.183 US$ per hari. Berdasar hasil survei Kemenpar, turis Australia mengeluarkan rata-rata 800 USD per hari, dan turis asal Eropa 1.000 US$ per hari.
“Potensi kehilangan devisa dari pariwisata sudah lebih dari Rp 1,4 triliun."
Langkah antisipasiMenghadapi bencana alam ini, Kemenpar bersiaga satu untuk meminimalisir dampak terhadap sektor wisatanya. Iqbal mengungkapkan, Kemenpar mengambil sudah mengambil beberapa langkah antisipasi.
Beberapa langkah yang sudah dilakukan adalah: membuat sistem monitoring yang mengintegrasikan semua informasi yang berasal dari media cetak, online, televisi, dan sosial media, ikut serta mengomunikasikan untuk penanganan ribuan penumpang yang tertunda bahkan gagal berangkat kepada sejumlah mitra atau stakeholder, membangun pusat-pusat krisis atau crisis centre di sejumlah bandara yang kena dampak langsung.
"Bahkan melalui Dinas-dinas Pariwisata di daerah, jajaran kami juga telah menbentuk Posko bersama dengan ASITA, GIPI, dan lainnya untuk lebih antisipatif dan proaktif hadapin krisis," kata Iqbal.
Kemenpar juga menyiapkan Tim Satgas (Tim gugus tugas) yang harus stand by 1x24 jam untuk memberikan informasi terkait hal ini.
(chs/mer)