Jakarta, CNN Indonesia -- Dengan perutnya yang hamil besar, Hilda Angarita mendatangi lima toko obat berbeda di kota Maracaibo yang terik di Venezuela, sampai akhirnya dia menemukan perban untuk pasca-bedah caesar.
“Saya akan melahirkan besok, dan lihat saya sekarang berada di jalan. Saya ingin pulang,” kata perempuan yang berprofesi sebagai guru itu sambil mengipasi dirinya yang kegerahan, bersandar di bangku, satu hari sebelum persalinan bayinya.
Selama sembilan bulan yang lalu, Angarita menghabiskan waktunya untuk mencari vitamin, kalsium, popok, dan obat-obatan di tengah kelangkaan yang tersebar luas karena hantaman resesi di Venezuela.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kontrol mata uang dan pukulan terhadap produksi lokal kian memperburuk kelangkaan yang sekarang membinasakan kehidupan sehari-hari rakyat Venezuela. Terutama, mereka yang tengah berbadan dua.
Dikutip dari
Reuters, kelangkaan barang semakin parah di tempat-tempat seperti Maracaibo, kota bagian barat Venezuela dekat Kolombia.
Banyak yang mengimbangi inflasi dan depresiasi mata uang dengan menjual barang yang harganya dikendalikan di seberang perbatasan atau di pasar gelap lokal. Membuat barang semakin langka di rak-rak toko.
Untuk mendapatkan kebutuhan bayi, ibu hamil harus bangun di waktu fajar. Mereka bergabung dengan antrean panjang di toko, mencoba membeli persediaan popok sebelum bayi mereka lahir.
Untuk membeli satu barang saja, mereka harus mendatangi selusin toko, melakukan barter barang di media sosial. Mereka juga mencoba peruntungan kecil di pasar gelap, di mana para penyelundup akan mendongkrak harga saat melihat perut mereka. Atau, mereka pulang tanpa membawa apa-apa.
“Semua menjadi kendala,” kata Angarita yang menyesal telah memberikan suara untuk presiden sosialis terakhir, Hugo Chavez.
Yang lebih mengkhawatirkan, kelangkaan di bidang kesehatan meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan, berdasarkan keterangan para dokter dan kelompok pembela hal-hak asasi manusia di Venezuela.
Unit bersalin dan anak penuh sesak, inkubator tidak cukup, air berkurang, pemadaman listrik kerap terjadi, peralatan rusak, tidak ada pasokan untuk pembedahan, dan bank darah tidak berjalan, berdasarka laporan bersama aktivis lokal kelompok Codevida dan Provea.
Rumah sakit terpaksa harus menolak pasien karena kekurangan segala hal. Dari antibiotik sampai para dokter, melakukan eksodus meninggalkan Venezuela di tengah krisis ekonomi dan epidemi kejahatan serta kekerasan.
Cukup rumit menggambarkan efek kelangkaan barang pada kehamilan. Ini disebabkan kurangnya data resmi terkini.
(win/mer)