10-15 Persen Nyawa Pengidap Bipolar Habis di Tangan Sendiri

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 19 Agu 2015 16:04 WIB
Tercatat 10-15 persen kasus bipolar meninggal karena bunuh diri, sementara 30 persen penderita lain mengaku pernah mencoba bunuh diri.
Ilustrasi (geralt/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak orang dengan mudahnya mengaku sedang terserang mood swing atau perubahan suasana hati terjadi sangat cepat. Namun, pada orang pengidap bipolar, pergantian tersebut dapat terjadi sangat drastis sehingga menimbulkan bahaya bagi diri sendiri, bahkan berujung kematian.

Menurut seorang psikiater dari Sanatorium Darmawangsa, Ashwin Kandouw, bipolar secara sederhana merupakan gangguan suasana perasaan yang dicirikan dengan adanya dua kutub ekstrem emosi.

"Emosi manusia itu ada dua kutub, gembira dan sedih. Keduanya ada batasnya. Orang dengan bipolar, batasnya berlebihan. Saat sedih, ia bisa berlebihan, begitu pula dengan gembira juga berlebihan. Amplitudo emosinya sangat tinggi," ujar Ashwin dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (19/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjabarkan lebih lanjut, seorang psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Natalia Widiasih, mengatakan bahwa orang dengan bipolar sebenarnya akan terlihat biasa saja ketika sedang tidak kambuh. Namun, jika sudah kambuh, pasien bipolar akan masuk ke dalam salah satu kecenderungan episode yang berbahaya.

Ada empat episode suasana hati pada gangguan bipolar, yaitu mania, depresi, hipomanik, dan campuran. Dari keempat episode tersebut, kata Natalia, ada dua yang sangat ekstrem, yaitu mania dan depresi, sementara hipomanik dan campuran berada di antaranya.

"Kalau mania, semangat sangat berlebih, misalnya tertawa terlalu keras padahal enggak lucu. Mereka juga biasanya aktivitas fisiknya meningkat drastis dan tingkat kepercayaan dirinya berlebihan," kata Natalia.

Sementara itu, menurut Natalia, episode paling berbahaya adalah depresi. "Saat orang bipolar dengan episode depresi kambuh, energi menurun, mood turun, mudah sedih, enggak ingin melakukan aktivitas, dan kerap berpikir buruk terhadap diri sendiri," ucap Natalia.

Bahayanya, pengidap bipolar tidak dapat mengontrol tindakannya saat sedang kambuh. "Orang akan impulsif dan melakukan apa saja yang terbersit dalam pikirannya tanpa sadar. Kalau depresi, bisa sampai bunuh diri," katanya.

Tak main-main, menurut beberapa penelitian, 10-15 persen nyawa pengidap bipolar habis di tangan sendiri. "Tercatat 10-15 persen kasus bipolar meninggal karena bunuh diri, sementara 30 persen penderita lain mengaku pernah mencoba bunuh diri," tutur Natalia.

Natalia kemudian menjelaskan bahwa pasien bipolar tak dapat membendung emosi ini karena alasan biologis. Ia pun menjelaskan dengan satu contoh penelitian.

Dalam penelitian MRA yang dirujuk, ada dua jenis otak dipindai, yaitu normal dan bipolar. Kedua otak ini diberi stimulasi senang dan sedih.

"Pada otak orang bipolar dengan kecenderungan depresi, dikasih stimulasi senang, seperti dapat mobil dan rumah, responsnya sama saja. Waktu diberi stimulus sedih, respons kesedihan jauh lebih besar," kata Natalia.

Guna menghindari hal buruk, Natalia mengimbau orang sekitar untuk lebih peka terhadap pasien bipolar.

"Kenali gejalanya. Biasanya orang bipolar akan berubah suasana hati dan perilakunya sangat drastis. Bawa ke dokter dan ikuti saran dokter. Paling penting, jangan terlalu protektif dan menghakimi. Dampingi saja," katanya.



(mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER