Setelah berpetualang di berbagai pelosok Alor, semua peserta akan diantar ke Pantai Sebanjar untuk menikmati hari terakhir Festival Bahari Alor pada 18 September.
Peserta akan disambut dengan suguhan satu upacara adat yang sarat makna perjuangan dalam sejarah, gala soro. Menurut Adi, gala soro sudah dimulai sejak zaman perang dahulu untuk menyambut para ksatria yang berhasil memenangkan pertarungan.
"Setelah perang adat, panglima yang menang datang pakai baju adat lengkap dan alat perang dikawal sembilan kapal lain, kemudian disambut oleh rakyat di tepi pantai dengan pesta pora," tutur Adi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil menuruni kapal, para kesatria mengiringi langkah panglima dengan tarian cakalele. Para rakyat menyambut dengan berbalas pantun sambil bernyanyi dan menari, mengantar sang panglima ke atas podium.
"Panglima mengumumkan kemenangan perang, dan kepala pihak yang kalah digantung di sekitar desa sebagai tanda kemenangan," ucap Adi.
Rakyat dan pasukan perang pun berbaur bersama, menari lego-lego untuk merayakan kemenangan.
Dalam Festival Bahari Alor, Way 2 East berusaha menghidupkan kembali adat yang telah lama mati tersebut.
"Akan ada seratus kapal muncul dari masing-masing pulau di sekitar Pantai Sebanjo. Di setiap kapal, ada 10 pria berpakian adat, bawa tombak, kelewang, dan busur panah," kata Adi.
Layaknya zaman perang, penumpang kapal akan disambut dengan berbagai tarian rakyat. "Bedanya, tidak ada kepala yang digantung lagi," ucap Adi sambil tergelak.
(mer)