Melihat Sistem Jaminan Kesehatan Kanker di Malaysia

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 21 Agu 2015 18:45 WIB
Malaysia tidak menerapkan jaminan kesehatan nasional, mereka memakai sistem kesehatan yang didanai oleh publik.
Malaysia tidak menerapkan jaminan kesehatan nasional, mereka memakai sistem kesehatan yang didanai oleh publik. (Getty Images/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kanker mendorong pasien ke jurang kemiskinan. Begitulah fakta kunci tentang dampak kanker yang dilaporkan oleh penelitian ASEAN Cost in Oncology (ACTION).

“Kami yakin bahwa kanker dapat mendorong banyak orang pada kemiskinan di seluruh negara-negara yang merupakan bagian dari penelitian kami,” kata Nirmala Bhoo-Pathy, profesor ahli epidemiologi di Universitas Malaya, Malaysia, dalam Konfrensi Pers Societal and Economic Impact of Cancer in the Southeast Asia Region di Nusa Dua, Bali, pada Kamis (21/8).

Sebelumnya pada November 2012 yang silam, sebuah pertemuan bertajuk Jakarta Call for Action on Cancer Control telah diadakan. Beberapa elemen kunci yang digaris bawahi dalam pertemuan tersebut adalah pencegahan utama penyakit kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pencegahan utama penyakit kanker artinya menghindari faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker. “Contohnya, kita bisa berbicara tentang merokok, kegemukan, dan lain sebagainya,” kata Nirmala. Namun di saat yang sama, lanjutnya, para peneli juga memikirkan tentang para pasien yang telah mengidap kanker.

Jadi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ACTION, beberapa poin kunci prioritas aksi yang perlu dilakukan sesegera mungkin adalah deteksi dini penyakit kanker.


“Deteksi dini dapat mengurangi dampak kerugian keuangan yang besar bagi para pasien. Pada saat yang sama kami juga melihat pada perlindungan keuangan. Kerugian finansial adalah dampak terbesar yang dialami pasien.”

Menurut Nirmala, asuransi kesehatan memiliki arti yang berbeda untuk negara yang berbeda. Di Malaysia contohnya, kata Nirmala, asuransi kesehatan tampaknya tidak memberikan perbedaan yang besar.

“Itu hanya karena sebagian besar pasien kami didanai oleh publik sehingga kami memiliki kesehatan universal yang dapat dijangkau pasien untuk mendapat akses pengobatan gratis,” ujar Nirmala.

Jadi, menurutnya, pada tahap ini, asuransi kesehatan tidak menjadi masalah di Malaysia, “Tapi itu hanya karena kami telah benar-benar menerapkan sistem kesehatan yang didanai publik.”

Meski demikian, penelitian ACTION melaporkan bahwa di Malaysia, meskipun tingkat kematian dini karena kanker terbilang rendah, masih banyak pasien mengalami kesulitan ekonomi.

Nirmala mengatakan, jadi itu hanya sinyal bahwa meskipun Malaysia menyediakan pelayanan kesehatan yang didanai oleh publik, yang tidak dipungut biaya, masih ada beberapa kelompok masyarakat yang mengalami kebangkrutan.

“Itu artinya, kami harus memikirkan kembali dan meluruskan bagaimana membuat perlindungan finansial nyaman bagi publik,” kata perempuan yang meraih gelar PhD untuk epidemiologi kanker dari Universitas Utrecht pada 2011 tersebut.

“Kami harus memikirkan untuk menyetel ulang, meraih, dan menyalurkan dana masyarakat kepada orang-orang yang paling membutuhkan, alih-alih untuk setiap orang.”

Berdasarkan penelitian terhadap pasien-pasien kanker di Malaysia, Nirmala mengatakan, setelah satu tahun analisis, dilaporkan ada sepertiga pasien kanker yang mengalami kebangkrutan atau malapetaka pengeluaran keuangan.

“Namun, tingkat kematian (akibat kanker) kami masih jauh lebih rendah, contohnya, sekitar 12 persen dari pasien kami mengalami kematian dini, itu adalah perbedaan yang besar. Tapi di saat yang sama saat ini kami membandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara.”


“Kami masih melihat pada level internasional, tapi jika ingin membuat patokan, kami harus membuat patokan kepada negara-negara lain dengan pendapatan yang serupa sehingga kami bisa membuat perbaikan.”

Selama satu tahun masa studi ACTION untuk melihat dampak sosial ekonomi kanker terhadap rumah tangga pasien, sekitar satu dari sepuluh pasien meninggal dunia, dan sekitar 45 persen pasien mengalami kebangkrutan finansial.

“Banyak dari mereka yang tak lagi dapat bekerja. Ini bukan tentang individual yang akan kembali bekerja untuk mendapatkan kembali pemasukan rumah tangga, tapi ini juga tentang hilangnya produktivitas di tempat kerja.”

Sekitar 50 persen dari pasien yang didiagnosis kanker berusia 50 tahun atau kurang dari itu. “Itu artinya mereka bahkan belum pensiun. “Jadi itu sebabnya kanker tidak hanya tentang kesehatan, tapi juga kebangkrutan ekonomi karena bencana pengeluaran.”



(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER