Kinerja Dokter Bedah Tidak Terpengaruh Kerja Larut Malam

Windratie | CNN Indonesia
Kamis, 27 Agu 2015 18:12 WIB
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa para dokter yang kurang tidur akan menimbulkan bahaya kepada pasien.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa para dokter yang kurang tidur akan menimbulkan bahaya kepada pasien. (CNN Indonesia internet/ Phalinn Ooi/Flickr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kurang tidur di malam sebelumnya ternyata tidak memengaruhi kinerja para dokter untuk melakukan operasi elektif keesokan harinya, berdasarkan sebuah penelitian baru di Ontario. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa para dokter yang kurang tidur akan menimbulkan bahaya kepada pasien.

Kemungkinan memiliki masalah dengan operasi ketika dokter merawat pasien antara tengah malam dan tujuh pagi adalah sekitar 22 persen, dan 22,4 persen ketika dokter menerima cukup tidur.

Diberitakan oleh Reuters, penulis senior penelitian, Nancy Baxter dari Universitas Toronto mengatakan bahwa penelitian baru ini menentang proposal yang menyerukan agar para dokter menginformasikan kepada pasien jika mereka kurang tidur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya studi ini tidak secara langsung mengukur seberapa banyak waktu tidur yang sebetulnya diterima oleh para dokter, kata Charles Czeisler, kepala divisi gangguan tidur dan sirkadian di Brigham dan Rumah Sakit Perempuan di Boston, yang tidak terlibat dengan penelitian.

Berdasarkan penelitian pada 2009, yang dipublikasikan oleh Charles dan rekan-rekannya dalam Jurnal Asosiasi Medis Amerika Serikat (JAMA), ketika jumlah aktual tidur dipertimbangkan, kemungkinan kesalahan yang serius dalam operasi terjadi hampir tiga kali lipat.

“Mengingat tingginya risiko yang kita lihat karena kurang tidur selama satu malam, maka pasien memiliki hak untuk mengetahui apakah dokter mereka terjaga selama satu malam, dua malam, atau tiga malam berturut-turut,” katanya.

Penelitian Baxter, yang dirilis pada Rabu (26/8) di Jurnal Medis New England tersebut, berdasarkan data dari 147 rumah sakit di Ontario. Studi tersebut melihat hampir 39 ribu kasus operasi yang dilakukan oleh 1.448 ahli bedah berpengalaman.

Para peneliti melacak 12 jenis operasi yang bervariasi, dari operasi bypass dan perbaikan panggul untuk histerektomi dan angioplasty, dilakukan untuk periode selama lima tahun. Database kode penagihan dokter menginformasikan apakah dokter telah bekerja dari tengah malam sampai jam tujuh pagi, di malam sebelum melakukan operasi.

30 hari setelah operasi, kemungkinan kematian pasien adalah 1,1 persen, baik ketika dokter bekerja selama ketika wkatu pagi sebelum operasi ataupun tidak. Czeisler mengatakan, hanya melihat apakah dokter bekerja di larut malam tidak bisa memberitahu apakah dokter benar-benar kekurangan waktu tidur, katanya.

Misalnya, prosedur jam panjang mungkin dilakukan di tengah malam, dan dokter mungkin tidak harus kembali bekerja sampai siang keesokan harinya.



(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER