Cikarang, CNN Indonesia -- Berwisata memang jadi sarana melepas penat setelah keseharian dikelilingi oleh aktivitas yang padat. Banyak sekali tempat wisata di Indonesia, khususnya di sekitaran Jakarta yang menawarkan pengalaman wisata berbeda-beda.
Namun ada satu tempat wisata yang unik dan menarik di sekitar ibukota. Tempat wisata ini menyajikan pengalaman kembali ke alam, sekaligus memberikan edukasi kepada pengunjungnya tentang obat-obatan tradisional.
Tempat wisata ini bernama Kampoeng Djamoe Organik atau yang biasa disingkat Kado.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bertempat di kawasan perindustrian Cikarang, Bekasi, Kado menyuguhkan wisata yang berbeda dari biasanya. Tempat wisata milik perusahaan jamu terkemuka Marta Tilaar ini didirikan sebagai tempat rekreasi sekaligus media pembelajaran masyarakat akan tanaman-tanaman jamu khas Indonesia.
“Bu Marta sendiri ingin tempat ini untuk mendidik masyarakat agar cinta lingkungan dan produk lokal,” kata Head of Kampoeng Djamoe Organik Heru Wardana saat ditemui di Kado, Cikarang, beberapa waktu lalu.
Kado didirikan saat Indonesia mengalami krisis moneter pada 90-an akhir. Kala itu Marta Tilaar menyiapkan 10 hektare tanah di Cikarang, Bekasi untuk pabrik jamu baru. Namun akhirnya terbesit niatan untuk membuat wahana yang bisa menjadi tempat masyarakat belajar tentang jamu dan obat-obatan tradisional.
Tempat ini dipersiapkan untuk umum sejak tahun 2000. Akan tetapi baru dibuka secara umum pada tahun 2008.
Sekitar 3 hektare dari keseluruhan luas tanah di sini, dijadikan Kampoeng Djamoe Organik dengan koleksi tanaman obat kosmetik aromatik (OKA) mencapai 657 jenis. Sisa 7 hektare lainnya dipergunakan untuk keperluan lain seperti pabrik jamu.
“Kalau koleksi memang kami ada 657 jenis. Yang dibutuhkan perusahaan 120 jenis tanaman, tapi enggak semuanya kami punya. Tanaman langka seperti Pasakbumi kami enggak punya. Tanaman endemik juga kami enggak ada karena tanaman seperti itu hanya bisa tumbuh di tempatnya, in vitro,” ujar Heru menjelaskan.
Sejak dibuka, banyak orang dari luar Bekasi yang berkunjung ke Kado. Heru mengungkapkan, pengunjung Kado berasal dari berbagai kalangan, mulai dari siswa sekolah, sampai kelompok dharma wanita. Mereka akan dibimbing oleh pemandu wisata untuk berkeliling Kado.
“Mereka (pengunjung) sangat bersemangat melihat tanaman-tanaman. Mereka senang sekali. Mungkin karena biasanya melihat produk yang sudah jadinya saja. Mereka merasa aneh melihat tanaman aslinya,” tutur Heru.
Untuk menyambut para pengunjung yang berdatangan, pihak pengelolola menyediakan berbagai fasilitas. Pertama tentu ada kebun tanaman koleksi OKA seluas 3 hektare yang ditanami 657 jenis tanaman.
Ada juga area pascapanen yang ditujukan untuk memperlihatkan proses setelah memanen tanaman-tanaman tersebut serta proses pengolahannya. Serta ada pusat pelatihan Marta Tilaar yang digunakan untuk melatih para terapis agar bisa melakukan perawatan dan pengobatan tradisional. Area-area tersebut berfungsi sebagai area edukasi.
Selain area edukasi, ada juga area yang berfungsi sebagai wahana rekreasi. Kado memiliki rumah kayu panggung bergaya tradisional Manado yang bagian bawahnya didesain sebagai Kedai Sehat yang menawarkan berbagai jajanan sehat nusantara.
Ada juga rumah bambu bergaya Sunda yang dapat digunakan sebagai area pertemuan kelompok. Biasa digunakan sebagai seminar dan lokakarya. Tempat ini bisa menampung sekitar 100 orang. Di sisi rumah bambu disediakan pendopo kayu sebagai tempat melaksanakan kegiatan di luar ruangan.
Tersedia juga kolam alami berluas 1000 meter persegi yang diisi ikan-ikan air tawar. Para pengunjung bisa bermain dan memancing di kolam tersebut. Pengunjung juga bisa menikmati suasana asri di Kado dengan beristirahat di saung-saung kecil dan saung bermain.
Kado buka enam hari dalam seminggu, dari Senin hingga Sabtu. Setiap hari Kado memulai aktivitas untuk umum dari jam delapan pagi sampai empat sore. Sementara ini, Kado ditujukan untuk edukasi, bukan untuk komersial, sehingga tak ada dana yang dipungut untuk tiket masuk.
“Sudah ada yang menyarankan untuk dijadikan bisnis, tapi belumlah. Sudah ada rencana ke sana, tapi sementara ini belum karena Bu Marta maunya untuk edukasi ke masyarakat,” kata Heru.
(mer)