Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak orang yang dengan mudah menutup mata dan membayangkan matahari terbit, atau memvisualisasikan kenangan dari masa lalu mereka. Namun, bagi beberapa orang, hal tersebut mustahil.
Para peneliti menggambarkan kondisi ini sebagai aphantasia. Istilah ini merujuk pada orang-orang yang lahir tanpa sesuatu yang dikenal sebagai 'mata pikiran'. Studi melaporkan bahwa kondisi aphantasia memengaruhi sekitar 2,5 persen dari populasi. Namun, tak banyak yang paham, mengapa hal tersebut terjadi.
Aphantasia adalah istilah medis untuk menggambarkan orang yang lahir tanpa 'mata pikiran'. Mereka tidak dapat mengingat wajah, membayangkan suatu adegan, atau menghitung domba ketika mereka berusaha untuk tidur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam cara otak memproses dan memvisualisasikan gambar, kendati masih sedikit yang diketahui tentang penyebabnya.
Visualisasi adalah hasil aktivitas dalam jaringan wilayah yang didistribusikan di seluruh otak. Jaringan ini bekerja sama untuk membantu kita menciptakan gambar, menggunakan ingatan akan bagaimana sesuatu hal terlihat.
Wilayah tersebut termasuk wilayah-wilayah di lobus frontal dan parietal, yang mengatur proses visualisasi, bersama dengan area-area di lobus temporal dan oksipital, yang mewakili barang-barang yang ingin dipangil ke 'mata pikiran' kita.
Ketidakmampuan memvisualisasi bisa merupakan akibat dari perubahan fungsi pada beberapa titik dalam jaringan ini, dan konsep ini pertama kali diketahui oleh Sir Francis Galton pada 1880. Masalah ini sebelumnya pernah dijelaskan ketika membahas kerusakan otak besar dan dalam konteks gangguan suasana hati.
Studi yang dilakukan baru-baru ini terjadi secara kebetulan. Saat itu, ada sekitar 21 orang menghubungi Profesor Adam Zeman di Fakultas Kedokteran, Universitas Exeter. Mereka rupanya membaca sebuah artikel dari penelitian sebelumnya, lalu menyadari bahwa mereka tidak pernah bisa membayangkan sesuatu.
Profesor Zeman dan rekannya menggambarkan pengalaman pasien tersebut dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Cortex. Beberapa dari mereka melaporkan, dampak signifikan terhadap kehidupan mereka karena tidak mampu memvisualisasikan kenangan bersama pasangan atau kerabat yang telah meninggal dunia.
Lainnya melaporkan, bahwa mereka tidak bisa menulis deskriptif, karier di bidang arsitektur atau desain tertutup bagi mereka karena tidak bisa memvisualisasikan produk akhir dari imajinasi.
“Peserta kami sebagian besar mendapatkan pengetahuan pertama akan sebuah citra melalui mimpi mereka.”
“Studi kami mengungkap adanya diasosiasi menarik antara gambar sukarela, yang tidak hadir atau berkurang banyak pada individu ini, serta gambar yang tidak dengan sukarela, misalnya mimpi, yang biasanya dapat dipertahankan.”
Dame Gill Morgan, salah seorang peserta, menyadari untuk pertama kali bahwa kemampuannya menciptakan gambar mental berbeda dari teman-temannya.
“Saya diberitahu untuk memvisualisasikan matahari terbit, dan saya pikir hal apa di bumi ini yang seperti itu? Saya tidak bisa membayangkan sama sekali,” kata lelaki berusia 61 tahun itu.
“Saya bisa menjelaskan, saya bisa memberitahu Anda bahwa matahari muncul di atas cakrawala dan langit berubah warna ketika menjadi semakin terang, tapi saya benar-benar tidak bisa melihat gambar tersebut dalam pikiran saya.”
“Saya menjadi lebih sadar ketika ibu saya meninggal dunia, karena saya tidak bisa mengingat wajahnya,” kata Morgan.
(win/mer)