Jakarta, CNN Indonesia -- Para psikiater telah mengidentifikasi pola jelas pasien depresi yang mencoba bunuh diri. Dalam sebuah penelitian internasional, para ilmuwan melaporkan, 'kondisi depresi yang bercampur-baur', depresi ditandai oleh kegelisahan, sifat impulsif, atau perilaku berisiko, teramati pada 40 persen pasien yang mencoba bunuh diri.
Penelitian tersebut melakukan evaluasi klinis terhadap lebih dari 2.800 pasien depresi. Ditemukan, orang-orang yang menampilkan gejala perilaku tertentu, contohnya mengemudi dan pergaulan berisiko, mondar-mandir, meremas-remas tangan, atau mengambil keputusan berdasarkan kehendaknya, maka risiko dia untuk bunuh diri setidaknya 50 persen lebih tinggi.
Temuan yang dikumpulkan oleh para peneliti di Spanyol, Perancis, Swiss, Rusia, Italia, Amerika Serikat, dan Inggris tersebut akan dipresentasikan pada konfrensi European College of Neuropscyhopharmacology (ECNP) di Amsterdam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hampir di sebagian besar belahan dunia, peristiwa bunuh diri terus meningkat, termasuk di Inggris. Dilansir dari laman Independent, pada 2013, terdapat 6.233 kasus bunuh diri di antara orang-orang berusia di atas 15 tahun. Bunuh diri adalah penyebab utama kematian di kalangan lelaki muda di Inggris.
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Nasional Inggris, tingkat bunuh diri yakni 11,9 kematian kematian per 100 ribu orang merupakan yang tertinggi sejak 2004 silam.
Penulis penelitian, Dina Popovic yang merupakan psikiater dan peneliti klinis di Universitas Barcelona mengatakan, kondisi depresif bercampur tidak hanya terjadi ketika pasien mengalami depresi, tetapi juga ketika memiliki gejala eksitasi atau mania.
“Pada kenyataannya, sekitar 40 persen dari semua pasien depresi yang coba bunuh diri memiliki 'episode beragam' (kondisi jiwa) bukan hanya depresi. Semua orang yang menderita depresi campuran memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi,” katanya.
Dia mengatakan, gejala-gejala tersebut mungkin tidak secara spontan disebutkan oleh pasien, sehingga dokter perlu menanyakan secara langsung. “Ini pesan penting bagi semua dokter,” ujar Popovic. “Kekuatan penelitian ini adalah, ini bukan percobaan klinis dengan pasien yang ideal, tetapi sebuah studi besar di dunia nyata.”
(win/mer)