Jakarta, CNN Indonesia -- Kalau berkunjung ke Kudus, jangan cuma mencari lintingan rokok kretek. Selain itu, carilah juga batik Kudus yang terkenal. Seperti kota-kota lainnya, Kudus juga punya kerajinan tangan berupa batik halus yang cantik.
Batik Kudus bukan baru-baru ini 'diciptakan.' Sebaliknya, batik Kudus justru sudah dikenal sejak tahun 1930. Batik Kudus adalah cikal bakal batik pesisir.
"Di tahun 1930-an, batik Kudus mulai berkembang, khususnya di kampung Langgar Dalam," kata Miranti Serad Ginanjar, pembina galeri batik Kudus saat konferensi pers fashion show batik Kudus Denny Wirawan di Galeri Indonesia, Jakarta, Kamis (3/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Miranti berkisah, batik Kudus merupakan batik yang terpengaruh dari tiga budaya, yaitu Jawa, Arab dan China. Selain itu, batik ini juga memiliki pengaruh dari tiga Sunan yang terkenal di kota tersebut, Sunan Muria (Raden Umar Said), Kalijaga dan Kudus (Syech Dja’far Shodiq).
Pengaruh tiga budaya dan tiga sunan ini membuat batik Kudus memiliki banyak motif yang sarat makna. Motif-motif batik ini menggambarkan banyak cerita dan melambangkan berbagai hal yang melambangkan kota Kudus.
"Ada motif kaligrafi yang kalau dilihat lebih dekat menyerupai kalimat syahadat. Dulu ini gunakan oleh para Sunan untuk mengislamisasikan penduduk di kampung Langgar Dalam dengan cara yang halus."
Dikatakan Miranti, batik Kudus juga memiliki beragam motif lain, misalnya motif lotus, beras wutah, motif kapal kandas, pakis haji, parijoto dan lainnya. Jika Lasem terkenal dengan batik lawasan, dan batik Cirebon dengan mega mendungnya, apa yang bisa membedakan batik Kudus dengan batik lainnya?
"Yang paling khas adalah motif beras wutah atau beras kecer dan isen-isennya," ucapnya.
"Isen-isen adalah motif kecil yang mengisi kain di sela motif agar tak terlihat polos."
Isen-isen ini berukuran kecil dan banyak sehingga terlihat rumit. Meski demikian, isen-isen ini tetap dibuat dengan kualitas baik sehingga halus. Sama seperti batik pesisir, batik-batik Kudus memiliki warna yang cerah, dari biru sampai merah.
Batik ini pun menuai masa kejayaannya di tahun 1940-an. Masa kejayaan batik ini dimulai karena adanya koperasi batik Indonesia. Koperasi ini mulai menggeliatkan usaha batik. Miranti berkisah, di masa itu, ada banyak pesanan yang datang dari para nyonya-nyonya kaya.
Sayangnya, industri ini kemudian tak lagi banyak diminati. Pasalnya, banyak pembatik yang beralih profesi menjadi buruh linting rokok. Hal ini membuat pengrajin batik akhirnya gulung tikar.
"Ini sebabnya, batik Kudus sekarang mulai luntur dan tak banyak orang yang mengenalnya."
Tantangan berat hidupkan kembali sentra batik KudusBerbagai upaya pun dilakukan untuk membangun kembali kejayaan batik di Kudus. "Tantangan yang paling berat adalah untuk membangkitkan semangat mereka untuk kembali mau membatik," kata Miranti.
"Saya meyakinkan mereka bahwa tangan halus yang mereka pakai untuk melinting rokok juga bisa sehalus memegang canting batik."
Tantangan dan kendala lain yang kerap dihadapi untuk mengembalikan popularitas batik Kudus adalah masalah upah yang diterima. Upah yang diterima dari hasil melinting rokok, lebih besar dibanding upah membatik.
Awal-awal Miranti mulai membina pengrajin, mereka 'minta' diperlakukan selayaknya buruh pabrik. Perlakuan buruh yang dimaksud adalah dalam urusan penggajian. "Mereka dibayar harian."
Tahun pertama pembinaan, para pengrajin, diakui Miranti, masih belum bisa memenuhi standar yang diinginkan. Batik-batik yang mereka buat masih tak sempurna, untuk kualitas layak jual.
Tahun berganti tahun, para pengrajin membutuhkan tantangan baru agar bisa berkembang lebih baik. Mereka ditantang tak hanya bisa membuat batik sebagai bahan untuk souvenir, tapi juga untuk kualitas sempurna bagi desainer.
Namun lama-kelamaan, mereka akhirnya bisa mandiri dan mulai membangun usaha sendiri. Tahun keempat pembinaan, pengrajin ini akhirnya mendapatkan modal untuk membangun usaha batiknya sendiri.
"Mereka sekarang sudah jadi seperti partner. Ini seiring juga semakin bertambahnya permintaan dari pasar."
Cita-cita Miranti sebagai pembina Galeri Batik Kudus di Kudus belum usai. Dia bersama pemerintah kota terkait bercita-cita untuk membuat area jalan Wahidin, Kudus menjadi sentra batik Kudus yang terkenal.
(chs/mer)