Jakarta, CNN Indonesia -- Kelap-kelip lampu yang berpendar dari bianglala buatan dan tambahan tenda-tenda festival membawa romansa ke aura pasar malam. Perlahan-lahan Atiqah Hasiholan berlenggak-lenggok di catwalk dengan anggun sambil menggunakan
jumpsuit dan
coat batik dengan motif batik bunga-bunga. Batik-batik ini adalah batik khas Kudus.
Atmosfer pasar malam sengaja diboyong desainer Denny Wirawan ke panggung besar di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski Jakarta malam itu. Bukan tanpa tujuan, Denny Wirawan malam itu menghadirkan berbagai koleksi busana yang terinspirasi dari rona-rona warna pasar malam.
 Dok. Arselan Ganin/Tim Muara Bagdja |
"Pasar malam sengaja menjadi pilihan saya di pagelaran tunggal saya yang pertama," kata Denny Wirawan saat konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (3/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya terinspirasi dari batik Kudus sendiri yang aslinya memiliki warna cerah dan playful. Melihat batik Kudus ini saya langsung teringat pasar malam."
Denny juga mengungkapkan bahwa sama seperti batik Kudus yang jadi bahan dasarnya, pasar malam adalah aktivitas yang sangat Indonesia.
Mengembalikan kemilau batik Kudus ke puncak kejayaanIni adalah kali pertama Denny Wirawan mengusung
second label-nya, Bali Java untuk fashion show tunggal. Lewat Bali Java, Denny berfokus untuk membuat berbagai kreasi busana
ready to wear-nya dengan menggunakan kain tradisional. Kali ini, batik Kuduslah yang jadi pilihan.
"Saya terpesona ketika pertama kali melihat motif batik Kudus. Tidak menyangka batik ini punya motif geometris dan latar yang kental dan beraroma kekinian," ucap Denny.
Batik-batik Kudus yang identik dengan isen-isen ini diubah Denny Wirawan menjadi 60 set busana perempuan dan 20 set busana pria.
Pagelaran Pasar Malam ini dibagi menjadi empat sesi utama. Sesi pertama dimulai dengan bunyi alunan lagu bernuansa Jawa. Sesekali terdengar suara perempuan yang menembang dalam bahasa Jawa.
"Saya menggunakan batik Kudus dari batik cap dan batik tulis."
Di sesi pertama, 14 busana perempuan dan enam baju pria menjadi pembuka. Di sesi ini dia banyak mengolah batik dengan menggunakan batik cap motif bunga seruni dan anggrek cattleya.
Berbeda dari desain-desain dari lini pertamanya, koleksi dari Bali Java Denny Wirawan ini banyak menampilkan koleksi busana yang sederhana. Busananya didominasi dengan gaya busana yang longgar dan panjang, misalnya
coat, kimono, gaun asimetris, blus
boxy, blus tanpa lengan, blus berlengan lebar, rok lebar berujung sapu tangan, cape, baju longgar mirip kaftan, sampai
jumpsuit.
Sedangkan untuk koleksi busana prianya, banyak didominasi oleh siluet jaket, blus kimono, dan kurta. Jaket-jaket pria rancangannya, terlihat sangat sempurna dengan gaya tabrak motif yang sederhana dan tak norak. Sesuai untuk gaya pria yang ingin tampil gaya namun tak ingin terlihat berlebihan.
 Dok. Arselan Ganin/Tim Muara Bagdja |
Lewat tangan Denny, batik-batik ini menjelma menjadi busana yang indah dan modern. Denny memang ingin membuat busananya lebih bergaya muda,
edgy dan ekletik. "Jadi enggak cuma bisa dipakai ibu-ibu saja."
Untuk menghadirkan tampilan mewah, Denny juga menambahkan berbagai detail pada rancangannya.
Beads panjang yang dijahit dengan tangan dan disusun satu per satu ini menjadi aksen pemanis dan berkilau dalam beberapa karyanya.
Dalam beberapa busana, tambahan embelishment dan detail berkilau lainnya terlihat sempurna. Namun, di sesi empat, ada penambahan aplikasi embelishment yang terlihat agak berlebihan.
Sisi berlebihannya terlihat dari adanya paduan busana dengan model coat panjang yang ditambahkan dengan kombinasi motif batik yang ramai dan berukuran besar, baik di
inner atau
outerwear-nya. Ditambah lagi di beberapa sisinya, masih ada tambahan
beads berkilau.
Detail patchworkDenny tak melulu menampilkan busana
pure dari batik. Dia juga mengombinasikan batik dengan tambahan batik print. "Print dipilih karena sekarang ini lagi tren."
Bahan print ini merupakan kreasinya sendiri, yang terinspirasi dari pohon pinus. Bukan cuma bahan
print, batik Kudus ini juga bisa dipadukan dengan tambahan tekstil modern seperti jaquard, tweed, herringbone dan satin.
Denny cukup piawai memadukan motif batik yang berbeda satu sama lainnya. Sekalipun motifnya sama sekali berbeda, namun dia bisa 'menambal' dan saling melengkapi satu sama lain alias patchwork.
 Dok. Arselan Ganin/Tim Muara Bagdja |
Kombinasinya terlihat apik, hanya dalam beberapa tampilan ada busana-busana yang lebih enak dilihat jika
inner dan
outer yang
distyling bersamaan ini ditampilkan terpisah. Pasalnya, motif bunga besar dan banyak di
coat panjang digabungkan dengan motif serupa di bagian
inner. Tampilannya jadi terlihat terlalu ramai. Namun ini masih bisa 'termaafkan' karena desainnya sendiri sangatlah apik.
Bahan-bahan yang terlihat halus, ringan dan melambai membuat busananya terlihat nyaman dan elegan. Apalagi dengan pemilihan dan penggunaan warna batik yang didominasi oleh warna monokrom. Warna monokrom ini membuat batiknya jadi makin cantik.
"Dalam show ada beberapa batik yang ditampilkan dengan motif aslinya, dan ada juga yang motif modifikasi dari saya," ujar Denny.
"Aslinya, warna batik Kudus adalah warna cerah. Namun saya minta jadi warna yang agak gelap. Selain itu ada juga yang saya minta motif bunganya diperbesar."
(chs/utw)