Justin Mott, Hidup Dari dan Untuk Fotografi

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 08 Sep 2015 08:15 WIB
Apa yang terucap dari mulut Justin bukanlah gombalan belaka. Fotografi memang hidupnya. Ia hidup dari fotografi dan fotografi membuatnya bisa hidup.
Justin Mott, fotografer profesional (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Bagi saya fotografi adalah segalanya dalam hidup." Begitulah sepenggal kalimat yang terlontar dari bibir Justin Mott, seorang fotograger profesional yang telah malang melintang di dunia fotografi lebih dari 10 tahun ketika ditanya tentang arti fotografi untuknya.

Apa yang terucap dari mulut Justin bukanlah gombalan belaka. Fotografi memang hidupnya. Ia hidup dari fotografi dan fotografi membuatnya bisa hidup.

Dari fotografi, Justin mendapatkan pundi-pundi mata uang untuk menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya. Bisnis yang digelutinya memberikan kehidupan hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya menjalankan bisnis, memotret untuk keperluan komersial, untuk majalah, untuk koran. Saya sangat mencintai semuanya," ujar Justin saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (7/9).

Sejak tahun 2009, Justin membangun bisnis di bidang fotografi bernama Mott Visuals. Dalam menjalankan bisnisnya boleh dibilang Justin serba bisa. Ia menawarkan berbagai jenis fotografi untuk ia kerjakan.

Ada fotografi editorial, fotografi untuk komersial, dan fotogafi pernikahan. Ia memotret perjalanan, membuat foto cerita, foto makanan, fesyen, sampai memotret untuk perusahaan dan hotel pun ia tekuni.

Kendati punya banyak kemampuan dalam jenis fotografi yang berbeda, setiap foto Justin punya karakteristik: semua fotonya bercerita. Kalau orang biasanya berbagi cerita lewat tulisan dan kata-kata, Justin hanya bermain pada gambar.

"Gaya memotret saya bercerita dan menggunakan cahaya alami. Ketika saya memotret untuk sebuah resort, saya menceritakan itu. Ketika memotret pernikahan, saya bercerita tentang hari bahagia itu," kata Justin.

"Saya juga suka tekanan dalam melakukan fotografi jurnalistik. Saya suka semuanya dengan alasan yang berbeda."

Mengawali karier dari jurnalisme

Pria kelahiran Rhode, Amerika Serikat tahun 1978 itu memiliki latar belakang di bidang jurnalisme foto. Karya pertamanya yang membuat ia bangga adalah fotonya bisa terpampang di halaman depan New York Times kala itu.

"Waktu itu saya mengambil foto di perkebunan sawit di Malaysia. Saya mendapatkan foto yang sangat bagus," ujar Justin.

Satu-satunya hal yang bisa membuat foto itu menjadi bagus, adalah kegigihan Justin dalam mengambil gambar. Saat itu ia mengaku tidak menyerah dan terus berusaha untuk mendapatkan hasil yang bagus.

"Saya terus berusaha meski dilarang masuk tapi saya tetap berusaha dan mencoba. Saya percaya, semakin keras kita berusaha akan semakin besar keberuntungan yang datang," kata dia.

Saat itu sekaligus menjadi titik balik Justin. Ketika fotonya terpampang di halaman depan, ia pun mulai sadar kalau dirinya punya kemampuan.

Percaya dirinya juga meningkat. Seketika ia bangga dengan dirinya sendiri.

"Waktu itu saya berpikir, saya akan menunjukkan ini pada mama, dia pasti bangga. Ini hasil kerja saya sebagai seorang fotografer," ujar Justin.

Selama beberapa tahun Justin pun melanjutkan kariernya sebagai fotografer lepas. Ia memasok foto untuk media-media ternama di dunia, seperti New York Times, TIME, The Wall Street Journal, CNN, dan lain sebagainya.

Jurnalisme fotografi memberikan banyak pelajaran kepada Justin. Tak terkecuali gaya khas Justin dengan foto yang bercerita. Menurut Justin, gaya foto bercerita bisa membuatnya lebih berkembang lagi sebagai fotografer.

"Saya bisa mengeksplor lebih banyak, lebih penasaran terhadap sebuah hal, dan lebih kreatif lagi dalam mengemasnya. Semua jepretan harus kreatif," ujar laki-laki kelahiran 1978 itu.

Baginya, banyak hal yang bisa ia dapatkan dibandingkan jika ia tidak menjadi jurnalis. Latar belakangnya sebagai jurnalis pernah memberikannya kesempatan memotret momen penting, misalnya saja Upacara Ngaben di Ubud. Justin berkesempatan untuk memotret prosesi sebelum Ngaben dimulai.

Tak melulu teknis, Justin juga belajar soal kemanusiaan. Banyak momen-momen kemanusiaan yang ia abadikan seperti kehidupan di Myanmar, Kamboja, dan perubahan di Vietnam. Melalui ekspresi manusia, Justin belajar menyampaikan pesan lewat gambar, baik senang maupun sedih.

"Saya ingin menangkap semua emosi melalui fotografi dan menceritakannya kembali," kata Justin.

Berbagi ilmu

Sukses di dunia fotografi tidak membuat Justin berpuas diri. Tidak cukup melakukan bisnis, Justin punya satu mimpi lagi yang akan ia wujudkan dalam waktu dekat.

"Nanti saya akan membuat website untuk berbagi ilmu fotografi," kata Justin usai sesi interview bersama media.

Kesukaannya berbagi ilmu mengenai fotogafi akan ia wujudkan secara online. Justin percaya apa yang akan dilakukannya berbeda dengan website fotografi kebanyakan.

"Kalau orang lebih ke teknis, nanti saya akan membuat fotografi menjadi lebih mudah. Penjelasannya akan lebih mudah," ujarnya.

Namun, ia belum berani menegaskan kapan akan meluncurkan proyeknya itu. Yang jelas rencana sudah di tangan tinggal mewujudkannya.

"Mungkin tahun depan. Tunggu saja. Saya selesaikan syuting program dulu," kata Justin.



(mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER