Jakarta, CNN Indonesia -- Para ilmuwan menemukan, 'benih-benih' penyakit Alzheimer yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain selama prosedur medis tertentu.
Sebuah penelitian terhadap orang yang meninggal karena penyakit otak berbeda, setelah menerima suntikan hormon pertumbuhan manusia, menunjukkan bahwa alzheimer juga bisa menjadi penyakit menular.
Temuan ini memunculkan pertanyaan tentang keamanan prosedur medis, termasuk transfusi darah dan pengobatan gigi invasif, yang mungkin disebabkan oleh transfer jaringan yang terkontaminasi atau peralatan bedah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk pertama kalinya penyelidikan menunjukkan bahwa penyakit alzheimer mungkin bisa menjadi infeksi menular yang secara tidak sengaja dapat ditularkan antar manusia.
Seperti dilansir dari laman Independent, para ilmuwan menekankan bahwa studi ini masih sangat awal, dan seharusnya tidak menghentikan orang untuk menjalani operasi. Mereka juga menekankan, bukan tidak mungkin seseorang bisa terserang alzheimer ketika dia tinggal dengan orang yang mengidap penyakit itu.
Namun, laporan penelitian terhadap delapan orang yang diberikan suntikan hormon pertumbuhan ketika masih anak-anak meningkatkan kemungkinan bahwa alzheimer dapat ditularkan dalam kondisi tertentu. Yakni ketika jaringan yang terinfeksi atau instrumen bedah diwariskan antar individu.
Sampai saat ini, diketahui bahwa alzheimer terjadi hanya akibat dari warisan mutasi genetik tertentu, atau dari peristiwa sporadis acak dalam otak orang tua, kata Profesor John Collinge yang merupakan kepala bagian penyakit degeneratif saraf di University College London.
“Anda bisa memiliki tiga cara berbeda memiliki 'benih protein' (alzheimer) yang dihasilkan di otak. Entah mereka terjadi secara spontan, karena usia, gen yang rusak, atau Anda mengalami kecelakaan medis. Itulah yang sedang kami hipotesiskan.”
Antara kurun 1958 dan 1985 sekitar 1.848 orang di Inggris, yang sebagian besar adalah anak-anak, menerima suntikan hormon pertumbuhan yang terbuat dari puluhan ribu kelenjar hipofisis homogen. Kelenjar tersebut berasal dari otak mayat manusia.
Badan kesehatan National Health Service (NHS) di Inggris kemudian beralih memakai hormon pertumbuhan sintetis pada 1985.
Hal tersebut dilakukan karena para ilmuwan menyadari bahwa hormon hipofisis yang diturunkan bisa menjadi jalan untuk transmisi penyakit Creutzfeldt-Jacob, akibat suntikan hormon pertumbuhan. Namun, kemungkinan angka itu akan meningkat karena masa inkubasi penyakit yang sangat panjang.
Kendati demikian, Doug Brown, direktur penelitian Alzheimer Society mengatakan, "Suntikan hormon pertumbuhan yang diambil dari otak manusia dihentikan pada 1980-an. Tidak ada bukti bahwa penyakit Alzheimer adalah menular atau dapat ditularkan dari orang ke orang melalui prosedur medis saat ini. "
(win/mer)