Jakarta, CNN Indonesia -- Hingga saat ini masih banyak orang yang percaya bahwa makan tiga kali sehari adalah kondisi yang paling ideal. Benarkan demikian?
Karena berdasarkan penelitian terbaru membuktikan bahwa bukan berapa kali makan atau apa yang dimakan yang penting.
Faktanya dalam 15 jam waktu terjaga kita bisa makan lagi dan lagi. Panjang masa terjaga itu yang digunakan untuk menguyah sesuatu diduga jadi faktor mengapa seseorang kemudian jadi kelebihan berat badan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Orang banyak yang makan tanpa memikirkannya,” kata Satchin Panda, associate professor di Regulatory Biology Laboratory di Salk Institute for Biological Studies, seperti dikutip Today.
Panda adalah juga penulis penelitian yang dipublikasikan Kamis lalu di jurnal Cell Metabolism. “Mereka berjalan ke sebuah ruangan dan mereka melihat kue dan kopi dan mereka tak memikirkan apakah mereka memang lapar atau tidak dan mereka mengambil makanan itu.”
Mungkin ini perilaku yang terasa akrab untuk Anda?
Lewat sebuah aplikasi yang dirancang untuk melacak kebiasaan makan, 150 partisipan diminta selalu memotret makanan apapun yang mereka makan selama tiga minggu.
Foto itu kemudian diberi penanda waktu sehingga peneliti bisa tahu kapan saja para partisipan makan dan apa yang mereka makan, sekaligus juga berapa banyak mereka makan.
Mengurangi waktu makanDalam penelitian sebelumnya pada hewan, ketika hewan dibatasi waktu makannya, mereka memang bisa turun berat badannya.
Untuk menguji cara yang sama pada manusia, peneliti dari Salk meminta delapan orang yang kelebihan berat badan untuk mengikuti sebuah percobaan lagi. Mereka diminta untuk membatasi waktu makan, hanya antara 10-12 jam dalam sehari.
“Dalam penelitian itu jika mereka taat pada aturan 10-11 jam waktu makan itu, mereka bisa menghilangkan 20 persen kalori,” kata Panda.
Leslie Bonci, ahli nutrisi dan pemilik Active Eating Advice, mengatakan perubahan kecil seperti mengurangi waktu makan hingga cuma 10-12 jam ini bisa memberi perubahan besar.
“Ini cara yang sangat mudah untuk menguasai kebiasaan makan,” katanya. ”Mungkin saya akan mengurangi jam dimana saya mengizinkan diri saya untuk makan.”
Perubahan ini bisa berdampak tanpa perlu perhitungan kalori dan olahraga, kata Bonci. Dia menambahkan orang juga akan menyukainya karena “kami orang yang malas.”
Ketika penelitian berukuran kecil tak bisa secara inklusif menjelaskan semua kebiasaan makan, Panda berharap bisa mengumpulkan lebih banyak data dari penelitian yang lebih besar untuk memahami pola makan harian manusia dalam penelitiannya lebih lanjut.
(utw/utw)