Mengapa Stres Picu Orang Makan Makanan Tak Sehat?

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 07 Agu 2015 11:41 WIB
Sirkuit di otak yang berhubungan dengan 'imbalan' meningkat, dan sirkuit otak yang terkait pengendalian diri menurun pada peserta yang di bawah tekanan.
Sirkuit di otak yang berhubungan dengan 'imbalan' meningkat, dan sirkuit otak yang terkait pengendalian diri menurun pada peserta yang di bawah tekanan. (Getty images/ Fuse/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seseorang akan lebih kecil kemungkinannya untuk menolak makanan lezat yang tidak sehat ketika sedang stres. Itu karena sinyal 'hadiah' di otak mengalahkan tujuan jangka panjang kesehatan makanan yang baik, seperti dilaporkan dari penelitian di Swiss.

Dengan menggunakan pemindaian otak, para peneliti menemukan bahwa sirkuit di otak yang berhubungan dengan 'imbalan' meningkat, dan sirkuit otak yang terkait pengendalian diri menurun pada peserta yang di bawah tekanan. Semakin tertekan seseorang, maka semakin kuat efeknya.

“Kami menemukan bahwa stres meningkatkan sinyal 'imbalan', dan demikian dapat meningkatkan keinginan mengidam sesuatu secara instan,” kata Silvia U. Maier di Universitas Zurich, yang menekankan bahwa penelitian ini ada hubungan dengan penelitian stres dan keputusan di sirkuit otak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Semakin stres yang Anda rasakan, maka semakin kecil kemungkinan Anda mengesampingkan preferensi selera sendiri ketika kami memberikan tantangan yang benar-benar rumit kepada Anda,” kata Maier.

Dia melanjutkan, “Anda bisa mengatakan, stres menyalakan panggilan pada sinyal rasa dan menolak sinyal yang berhubungan dengan tujuan kesehatan,” katanya.

Untuk penelitian tersebut, para peneliti merekrut 51 lelaki dewasa muda. Mereka dilaporkan berusaha mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur, tetapi juga menikmati makanan sampah pada waktu tertentu.

Semua peserta ditempatkan pada sebuah alat pemindaian functional magnetic resonance imaging (fMRI) yang mengukur aktivitas otak dengan memetakan perubahan aliran darah di otak.

Para peserta juga diminta menyelesaikan beberapa percobaan komputer berbasis keputusan selama tujuh menit. Selain langkah-langkah fMRI, para peneliti juga mengumpulkan sampel air liur laki-laki untuk mengukur hormon stres kortisol.

Sebagaimana dilaporkan dalam jurnal Neuron, para peneliti menemukan, lelaki yang mengalami stres lebih mungkin untuk memihak rasa daripada tujuan kesehatan dalam pilihan makanan mereka, dibandingkan dengan laki-laki yang tidak mengalami stres.

(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER