KRL Mania Ikut Berjasa Membantu Perkembangan KRL Jabodetabek

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Senin, 28 Sep 2015 17:56 WIB
Ribuan orang pengguna KRL commuterline tergabung dalam komunitas KRL Mania. Berkat komunitas ini, KRL commuterline kini semakin menuju apa yang kita harapkan.
Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line saat melintas di kawasan Tebet, Jakarta, Senin 06 Oktober 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kini, sebanyak lebih dari 900 ribu jiwa bergantung pada moda transportasi KRL commuterline. Setiap hari, ratusan ribu orang tersebut menggunakan KRL untuk mendukung mobilitasnya menjalankan rutinitas sehari-hari.

Ribuan dari ratusan ribu orang tersebut tergabung dalam sebuah komunitas dan menamakan diri mereka KRL Mania. Tidak hanya memotret perkembangan KRL di Jabodetabek, mereka ternyata juga punya andil dalam kemajuan sistem transportasi berbasis rel itu.

Komunitas KRL Mania sering memberikan masukan langsung kepada PT KAI Commuterline Jabodetabek (KCJ) untuk memperbaiki layanan. Bahkan PT KCJ juga sering meminta pendapat KRL Mania untuk terobosan yang akan mereka lakukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pendiri komunitas KRL Mania Nur Cahyo mengatakan mereka sudah terbentuk sejak 2003. Stasiun Sudirman jadi saksi bisu terbentuknya KRL Mania yang berawal dari obrolan ringan para penggunanya.

"Awalnya untuk sharing informasi saja karena dulu tidak seperti sekarang ada posisi kereta misalnya. Dulu kita pas sampai stasiun nge-blank tidak tahu informasi apa-apa," kata Cahyo kepada CNN Indonesia saat ditemui di Stasiun Pondok Cina, Depok, Minggu (27/9).

Pertama kali terbentuk, komunitas KRL Mania berbagi informasi menggunakan mailing list [email protected]. Anggotanya pun waktu itu baru mencapai 200 orang.

Tapi, lama-kelamaan anggota KRL Mania di mailing list itu pun bertambah banyak sampai ribuan orang. Terakhir, kata Cahyo, jumlahnya mencapai enam ribu orang yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Cara komunikasinya pun lebih canggih. Mereka memanfaatkan media sosial seperti twitter untuk berbagi informasi secara real time.

Dibandingkan dengan dulu, ketika komunitas ini baru terbentuk, Cahyo menggambarkan keadaan KRL kini jauh lebih baik. Sudah tidak ada lagi penumpang yang naik di atap. Stasiun juga lebih bagus, armada kereta pun semakin banyak sehingga jadwal keberangkatan lebih sering.

Terlepas dari itu semua, KRL pun masih punya kekurangan. "Masih ada gangguan sinyal, kereta mogok, kereta terlambat. AC juga masih ada yang  suka mati," ujar Cahyo.

Fasilitas di stasiun juga tidak lepas dari kritikan. Kata Cahyo, banyak pengguna yang mengomentari keberadaan tempat ibadah yang dinilai tidak proporsional.

"Musala yang sering ada komplain. Tidak proporsional stasiunnya ramai musalanya kecil. Ada juga yang jadi satu sama toilet," kata dia.

Kendati demikian, Cahyo mengatakan KRL sudah menjadi tumpuan bagi ratusan ribu orang penggunanya. Meski sering berdesak-desakkan dalam kereta, mengalami keterlambatan perjalanan, mereka pun tetap setia menggunakan moda trasportasi tersebut.

Masalah klasik, penumpang menumpuk

"Duh, maaf ya telat, keretanya tadi lama," kata seorang perempuan begitu sampai di tempat kerjanya. "Tuh, makanya gue enggak pernah percaya sama KRL," sahut rekan kerjanya.

Keterlambatan kedatangan kereta yang menyebabkan menumpuknya penumpang memang bukan masalah baru. Ini masalah klasik. Tapi herannya tidak kunjung selesai.

Setiap pagi, ratusan penumpang terlihat berkerumun di peron untuk menunggu KRL yang akan mengangkut mereka ke stasiun tujuan. Salah satu tumpukkan antrean sering terlihat di peron lima Stasiun Manggarai, yang merupakan jalur kereta menuju Tanah Abang, Duri, sampai Jatinegara. Di sana peron selalu terlihat ramai.

"Di jam-jam peak hours memang masih banyak yang tidak keangkut. Ribuan orang berangkat bareng tapi jadwalnya segitu-segitu saja," ujar Cahyo.

Salah satu yang mengakibatkan keterlambatan perjalanan KRL adalah perjalanan kereta api jarak jauh. Di Manggarai saja, kata Cahyo, antrean kereta untuk masuk stasiun bisa mencapai 30 menit. Maka tak heran jika penumpang menumpuk begitu banyak.

"Bagusnya memang kereta jarak jauh sampai Manggarai saja sehingga dari Manggarai ke Jakarta naik KRL semua tidak berbarengan jadwalnya dengan kereta jarak jauh," kata Cahyo.

Penumpukan penumpang juga dirasakan oleh anggota KRL Mania lainnya, Ana. Kepada CNN Indonesia Ana mengaku selalu berdesak-desakkan ketika naik kereta.

"Kekurangan dari kereta itu selalu penuh. Seperti tidak pernah berkurang dari zaman dulu tahun 1993 saya naik kereta. Padahal keretanya sudah ditambah, tapi mungkin orang lain juga berpikir enak naik kereta jadi maish penuh," ujar Ana.

Di Hari Kereta Nasional ini pun para pengguna KRL berharap pelayanan KRL bisa lebih baik lagi agar bisa mengangkut para komuter yang beraktifitas di ibukota dan berangkat dari kota penyangga atau sebaliknya. Jika menambah jadwal keberangkatan belum memungkinkan, usaha lainnya bisa dilakukan dengan menambahkan gerbong dan itu sudah dilakukan.

Dari awalnya gerbong hanya berjumlah delapan, sekarang sudah ada kereta yang membawa rangkaian 12 gerbong, yaitu rute Jakarta Kota-Bogor dan sebaliknya, sayangnya belum banyak. Ana pun berharap semua KRL bisa mendapatkan tambahan gerbong ini supaya kepadatan penumpang bisa berkurang.

"Inginnya sih ada penambahan peron supaya setiap kereta bisa ngangkut 12 gerbong. Alasannya tidak semua ditambah rangkaian gerbongnya karena peronnya tidak cukup. Mungkin bisa mengurangi kepadatan penumpang," kata Ana.



(win/win)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER