Menakar Kandungan Gizi Daging Anjing

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 02 Okt 2015 10:23 WIB
Untuk sebagian wilayah di Nusantara, daging anjing merupakan tradisi kuliner, tapi bagaimana sebetulnya nilai gizi yang terdapat pada daging anjing?
Ilustrasi rumah potong anjing. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono.)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membuat peraturan untuk memeriksa kualitas daging anjing di Jakarta. Namun, rencana tersebut secara tegas ditolak oleh sejumlah masyarakat yang suaranya dengan kencang diwakili oleh komunitas-komunitas pencinta satwa.

Sudah cukup diketahui, mengonsumsi daging anjing di beberapa tempat di Indonesia merupakan tradisi kuliner. Misalnya saja pada masyarakat Manado, Sulawesi Utara. RW, singkatan dari rintek wuuk (dalam bahasa Manado artinya bulu halus) merupakan makanan berbahan dasar anjing yang merupakan hidangan wajib setiap kali perhelatan pesta di Sulawesi Utara.

Namun, jika dipandang dari sudut gizi, bagaimana sebetulnya nilai gizi yang terdapat pada daging anjing? Eddy S. Mudjajanto, Dosen Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi Universitas Pertanian Bogor mengatakan, “Statusnya secara akidah (bagi umat muslim) jelas anjing adalah haram. Itu yang paling pasti. Sementara dari sudut gizi, tidak lazim daging anjing dikonsumsi, ada mudarat."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Eddy, ada berbagai penyakit yang bisa ditularkan melalui daging anjing. Namun, menurutnya, karena daging anjing adalah hewan yang tak lazim dimakan, tidak seperti daging sapi atau ayam, maka belum ada studi mendalam menyelidiki efek negatif daging anjing bagi kesehatan. “Informasi tentang itu belum jelas,” ujarnya.

Kasus mengenai efek buruk kesehatan setelah mengonsumsi daging anjing juga nyaris tidak terdengar. “Belum pernah dengar, sekalipun ada akan tertutup, karena yang mengonsumsi tahu bahwa daging anjing tidak lazim dimakan,” ungkapnya saat dihubungi oleh CNN Indonesia kemarin.

Namun yang pasti, Eddy melanjutkan, anjing bisa menyebabkan rabies lewat air liurnya yang amat berbahaya bagi manusia jika dikonsumsi. Selain itu daging anjing, seperti halnya daging babi, juga mengandung cacing pita yang berakibat buruk pada pencernaan. “Pencernaan akan terganggu, karena apa yang kita makan akan dimakan lebih dulu oleh cacing pita. Sehingga makanan yang kita konsumsi secara gizi menjadi tidak bermanfaat,” katanya.

Tak jarang, ada pula anggapan bahwa daging anjing bisa digunakan sebagai obat. Mereka yang mengalami masalah impotensi berasumsi bahwa daging anjing dapat memberikan kehidupan seksual yang baik. Eddy mengatakan bahwa anggapan tersebut sama sekali tidak benar. “Saya tidak percaya yang seperti itu, itu hanya kepercayaan masyarakat. Tidak ada penjelasan ilmiah karena dasarnya hanya kepercayaan di masyarakat.”

Daging hewan berkaki empat, menurut Eddy, umumnya adalah kelompok hewan daging merah. “Hewan berkaki empat memiliki kandungan kolesterol yang tinggi, tidak seperti hewan berkaki dua yang digolongkan sebagai hewan daging putih yang umumnya aman dikonsumsi.” Namun, dia melanjutkan, karena daging anjing tidak lazim untuk dikonsumsi jadi tidak bisa dikategorikan sebagai kelompok hewan daging merah.

Sementara itu, pakar gizi Hardinsyah mengatakan, bahwa mengonsumsi daging anjing adalah bagian dari tradisi kuliner di Nusantara, misalnya di Sumatera Utara dan Sulawesi, bahkan di luar negeri seperti di Korea Selatan. “Itu adalah bagian dari totalitas makanan,” ujarnya. Hardin mengatakan, beberapa orang percaya bahwa mengonsumsi daging anjing dapat menghangatkan tubuh, tapi secara agama jelas daging anjing diharamkan.

Hardin menjelaskan, seperti daging lainnya, ketika daging anjing terjangkit tertentu, misalnya rabies, maka dia juga berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. “Kalau penyakit sudah jelas, seperti sapi atau ayam jika terkena penyakit dia juga berbahaya jika tertular kepada manusia.”

(win/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER