Jakarta, CNN Indonesia -- Popularitas batik di dunia fesyen tampaknya belum meredup. Meski kini kain-kain tradisional seperti tenun dan songket yang tidak kalah indahnya mulai banyak dipakai banyak orang, tapi batik tetap bertahan.
Store Manager Pendopo Living World Alam Sutra Nanang Hendra mengatakan penjualan batik tidak menurun sedikitpun karena kehadiran kain-lain tradisional lainnya.
"Penjualannya masih tetap, tidak menurun sedikit pun," kata Nanang kepada CNN Indonesia saat ditemui di kawasan Casablanca beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nanang juga mengatakan kalau batik akan ada dan terus dipakai sepanjang zaman. Sebab, batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dari generasi ke generasi.
Dia mengatakan masih banyak konsumen yang menghargai batik karena memiliki ciri khas sendiri dan filosofi yang unik dari setiap motifnya.
Misalnya saja batik truntum. Awalnya batik itu berasal dari sebuah cerita di keraton Solo.
"Waktu itu Ratu Beruk belum punya anak, lalu ia disingkirkan Pakubuwono III. Ia dikeluarkan dari keraton. Kemudian ia membatik truntum yang kecil-kecil kayak melati. Pakubuwono sering lewat dan memperhatikan, terpesona dengan hasil batiknya dan akhirnya jatuh cinta lagi," ujar Nanang.
Pada akhirnya batik truntum banyak digunakan untuk acara pernikahan. Menurut Nanang, pemakaian batik ini sebagai simbol menyatunya dua hati.
Kini, batik semakin berkembang. Motifnya semakin bervariasi, begitu juga dengan warnanya.
Penggunanya batik juga tambah beragam dan berasal dari segala kalangan. Ada anak kecil, remaja, dewasa, sampai orang tua. Pemakainya pun berasal dari berbagai status sosial baik dari kalangan bawah sampai presiden sekalipun.
Di sisi lain, terkait tren, saat ini konsumen Nanang lebih menyukai batik-batik berwarna terang. Terutama konsumen perempuan.
"Paling banyak diminati itu batik Pekalongan karena warnanya lebih terang, kalau motifnya lebih ke arah floral," ujarnya. Batik Cirebon dan mega mendung juga menjadi favorit.
Sementara untuk konsumen pria, kata Nanang, cenderung masih menyukai warna gelap. Tapi ada juga yang memilih aksen warna cerah pada batik yang dibelinya.
(win/utw)