Perawatan paliatif tidak hanya datang dari pihak rumah sakit, tapi juga keluarga.
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika penyakit ganas menyerang, bantuan medis tidak dapat menolong dan nyawa pun terancam. Hal seperti itu sering terjadi dalam masyarakat, terutama di kalangan bawah. Namun, terdapat suatu perawatan yang dapat mengurangi beban serta membantu kondisi psikologis orang yang mengidap penyakit mematikan. Perawatan itu dinamakan dengan paliatif.
Perawatan paliatif itu sendiri masih jarang terdengar di masyarakat, tidak sedikit warga yang belum mengetahui jenis perawatan itu. Padahal, tipe perawatan paliatif itu dapat mengurangi beban psikologis yang dirasakan pengidap penyakit seperti kanker atau HIV AIDS.Palliative care atau perawatan paliatif merupakan tipe perawatan yang tidak hanya menekankan pada gejala fisik saja, tetapi perawatan ini juga fokus terhadap aspek-aspek emosional, psikososial dan ekonomis, serta spiritual untuk memenuhi kebutuhan akan perbaikan kualitas hidup seorang pasien.
Berdasarkan badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), terdapat lebih dari 40 juta orang di dunia yang membutuhkan perawatan paliatif, namun hanya 14 persen saja yang baru memperolah perawatan tersebut. Sama halnya di Indonesia, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perwatan paliatif itu sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien, bahkan WHO sendiri mengakui hal tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Indonesia, banyak orang yang takut menghentikan pengobatan mereka di rumah sakit untuk menjalani perawatan paliatif, padahal perawatan paliatif sangat penting untuk memberikan aspek psikologis kepada pasien," kata Lynna Chandra, selaku pendiri Yayasan Rumah Rachel saat menghadiri jumpa pers di Menteng, Jakarta, Selasa (13/10)."Kami sangat berharap bahwa perawatan paliatif ini masuk dalam sistem kesehatan di Indonesia, sesuai dengan anjuran WHO," dia menambahkan.
Dengan menghentikan pengobatan di rumah sakit, bukan berarti sang pasien akan putus hubungan dengan dokter. Pasien akan terus dapat berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit dan juga mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas hidup lewat terapi paliatif.
Yayasan Rumah Rachel adalah lembaga nirlaba yang menyediakan perawatan paliatif dengan metode rawat rumah. Mereka menyediakan perawatan paliatif gratis khususnya bagi orang Indonesia yang mengidap penyakit seperti kanker atau HIV/AIDS.Keuntungan perawatan paliatif ini juga dapat dilihat dari berkurangnya biaya rawat inap di rumah sakit, karena perawatan paliatif ini dapat dilakukan di rumah dan perawatnya pun tidak melulu dari pihak kedokteran, namun juga dari pihak keluarga, seperti orang tua atau pasangan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, terdapat sekitar 12 juta penderita diabetes di Indonesia dan lebih dari 330 ribu penderita kanker. Data Kementerian Kesehatan lain juga menyebutkan, hingga September 2014, terdapat 22.869 penderita HIV di Indonesia. Penyakit-penyakit kronis dan mengancam jiwa tersebut selain membawa risiko kematian, juga berdampak terhadap kualitas hidup penderita serta keluarganya.
Perawatan paliatif dapat memenuhi kebutuhan perbaikan kualitas hidup pasien dan keluarganya melalui perawatan yang tidak hanya menekankan pada gejala fisik seperti nyeri, tetapi juga terhadap aspek-aspek emosional, psikososial dan spiritual.
Banyak kasus yang ditemukan ketika para pengidap penyakit kronis seperti HIV, malu untuk bersosialisasi dan tidak percaya diri dalam menjalani kehidupannya. Saat hal seperti ini terjadi, perawatan paliatif memainkan peran besarnya dalam meningkatkan kualitas hidup mereka agar lebih baik lagi, walaupun mungkin perawatan paliatif tidak dapat menyembuhkan penyakit mereka.
Selain kepada penderitanya, perawatan paliatif juga memberi dukungan kepada seluruh anggota keluarga dan pelaku rawat lainnya. Perawatan paliatif ini dilakukan sejak tahap diagnosis, sepanjang pengobatan, hingga jelang ajal dan pasca kematian."Setidaknya, sebelum ajal menjemput para penderita penyakit kronis itu, mereka mendapatkan kualitas hidup yang baik serta tidak perlu merasa malu dalam masyarakat," kata Lynna.(les/les)