Jakarta, CNN Indonesia -- Depresi anak dan remaja, menurut psikolog Anna Surti Ariani yang akrab dipanggil Nina, bisa terlihat dari hal sederhana seperti pola makan.
Kalau depresi anak bisa dilihat dari pola makan yang berkurang atau bahkan bertambah layaknya orang yang tidak pernah kenyang, pada remaja bisa terjadi lebih parah.
Psikolog anak dan keluarga Anna Surti mengatakan, pada remaja, tanda depresi bisa mengarah anoreksia maupun bulimia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anoreksia dan bulimia memang berbeda dibandingkan depresi, tapi pada beberapa remaja kaitannya sangat erat sekali. Ada remaja yang depresi juga mengalami anoreksia dan bulimia," kata Nina, sapaan akrab Anna, kepada CNN Indonesia, baru-baru ini.
Anoreksia merupakan gangguan makan yang disebabkan oleh gangguan psikologis di mana penderitanya mengontrol asupan kalori secara ekstrim, membatasi makan, dan amat terobsesi dengan berat badan.
"Tidak megang gadget lima menit saja jadi bingung banget. Tidak ada sinyal atau lowbatt jadi panik." (tentang anak yang depresi jadi terikat pada gadget) Anna Surti Ariani, psikolog. |
Sedangkan bulimia adalah gangguan makan yang serius dan berpotensi mengancam jiwa.
Penderita bulimia akan melahap makanan dalam jumlah berlebihan, kemudian mengeluarkannya dari tubuh secara paksa dengan muntah atau menggunakan obat pencahar.
Nina pun menambahkan, dari sisi pergaulan, depresi pada remaja juga bisa terlihat. Biasanya hal tersebut ditandai dengan sikap menarik diri dari lingkungan sosial.
"Remaja sangat suka bergaul. Kalau ada anak yang menarik diri dari lingkungannya, malas bergaul, maunya main
gadget terus itu termasuk menarik diri dari pergaulan dan itu jadi indikator depresi," ujar Nina.
Dia juga menjelaskan, kecanduan
gadget juga ternyata bisa menjadi tanda-tanda seorang remaja depresi.
Biasanya remaja tersebut menggunakan
gadget untuk mencari sumber kebahagiaannya.
Sehingga kalau mereka kehilangan
gadget dari tangannya mereka lebih rentan lagi terhadap depresi.
"Tandanya dia tidak bisa lepas dari
gadget di mana pun, kapanpun. Maunya sama
gadget terus. Ada bunyi suara ponsel misalnya, langsung mengira itu bunyi ponselnya dia," kata Nina.
"Tidak megang
gadget lima menit saja jadi bingung banget. Tidak ada sinyal atau lowbatt jadi panik."
Agar depresi tidak berkelanjutan pada remaja, Nina menganjurkan orang tua agar menaruh perhatian lebih pada anaknya. Terutama ketika terjadi perubahan perilaku pada anaknya.
Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak bisa meminimalisasi depresi yang terjadi.
(utw/utw)