Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun 2015, Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan 10 juta wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Indonesia. Sampai Agustus 2015, jumlah wisman yang datang mencapai 6.322.592 orang.
Arief optimis kalau pada akhir tahun nanti target wisatawan itu akan tercapai. Ia berharap, untuk bisa mencapai target tersebut jumlah wisatawan di bulan September bisa mencapai lebih dari 850 ribu orang.
Pada tiga bulan terakhir, Oktober sampai Desember, pertumbuhan wisatawan diharapkan melampaui target sebesar 30 persen untuk menjangkau angka 10 juta wisman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mencapai target wisman itu, Arief mengaku sudah gencar berpromosi ke berbagai belahan dunia. Dari anggaran Rp1 triliun yang diterima oleh Kementerian Pariwisata, 50 persennya ia gunakan untuk promosi di kawasan Asia, 30 persen untuk kawasan Asia Pasifik, dan 20 persen untuk berpromosi di Eropa.
China dan Timur Tengah adalah dua negara yang gencar menjadi sasaran promosi Indonesia. China dengan promosi wisata bahari dan Timur Tengah dengan promosi pegunungan.
Demi memaksimalkan
branding Indonesia di Timur Tengah, Arief lebih memilih menggunakan Bahasa Arab untuk mempromosikan Indonesia dibandingkan dengan Bahasa Inggris yang universal.
Di China, ia membuat video wisata bahari yang memperlihatkan keindahan pantai, laut, sampai ke dasar laut yang dikemas dalam bahasa Tiongkok.
Arief mengatakan banyak orang yang memandang sebelah mata tentang langkahnya menguatkan
branding Indonesia di mancanegara. Tapi, ia yakin, dengan cara ini justru Indonesia bisa menggaet lebih banyak wisman lagi.
"Negara ini sangat indah. Kalau saya promosikan, saya sama sekali tidak takut. Saya berani menjanjikan wisata yang sangat indah, kalau itu terbukti itu akan menjadi reputasi yang baik bagi kita," ujar Arief saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta.
Menteri asal Banyuwangi itu percaya promosi dalam bentuk branding merupakan investasi jangka panjang. Promosi yang dilakukan tahun 2015, misalnya, hasilnya masih akan tetap terasa hingga tahun berikutnya, yaitu pada 2016. Dan begitu seterusnya.
Arief pun mengklaim, upaya
branding yang telah dilakukan kementeriannya telah membawa Indonesia ke posisi yang lebih baik di bidang pariwisata dunia. Tahun ini, Indonesia menyabet lima nominasi sekaligus dalam
The World Halal Travel Award yang diselenggarakan di Abu Dhabi.
Kelima kategori itu antara lain
World’s Best Family Friendly Hotel, World’s Best Halal Honeymoon Destination, World’s Best Halal Tourism Destination, World’s Best Halal Culinary Destination, dan
World’s Best Halal Cultural Destination. Arief optimis Indonesia bisa menyabet semua gelar itu.
Mantan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia itu juga mengatakan, branding yang telah dilakukan di mancanegara membawa Indonesia berada dalam peringkat 47 dunia di bidang pariwisata dari 140 negara.
Padahal pada 2014 lalu posisi Indonesia masih berada di peringkat 70. Atas pencapaian itu, Arief menetapkan target berada pada peringkat 30 pada 2019 mendatang.
Tak cuma branding, Arief juga membuat beberapa kebijakan baru demi menunjang pariwisata Indonesia dan mencapai target 10 juta wisman pada 2015 dan 20 juta wisman pada 2019.
Dari total 45 negara yang bebas visa, pada Oktober ini, jumlahnya ditambah menjadi 92 negara.
"Bebas visa kunjungan saya proyeksi menyumbang satu juta wisman atau senilai US$ 1 miliar per tahun," ujar Arief.
Kebijakannya mempermudah akses wisata
yacht masuk ke Indonesia juga diprediksi akan menyumbang banyak pemasukan untuk industri pariwisata tanah air. Arief memproyeksikan akan ada 5 ribu
yacht yang datang ke Indonesia.
"Kemudahan izin masuknya, jadi cukup sehari. Bahkan tiga jam atau satu jam saja," kata sarjana Institut Teknologi Bandung itu.
Belum lagi soal kapal pesiar atau
cruise. Dia juga percaya kalau kebijakan yang hanya memperbolehkan kapal pesiar berbendera Indonesia saja yang masuk ke Indonesia dihapus, pariwisata Indonesia akan lebih berkembang lagi.
Apalagi kebijakan tersebut juga didukung dengan dibukanya lima pelabuhan untuk kapal pesiar bersandar. "Ada yang di Medan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Benoa," ujar Arief.
Denban kebijakan tersebut, Arief mengatakan wisatawan Indonesia tidak perlu pergi ke Singapura hanya untuk menikmati wisata kapal pesiar. Wisman yang datang pun bisa terbang ke suatu tempat di Indonesia dan melanjutkan perjalanan dengan kapal pesiar.
Arief memproyeksikan, juga ada seribu kapal pesiar yang datang ke Indonesia, pendapatan yang diperoleh sekitar US$300 juta atau sekitar Rp 4,1 triliun.
Dengan tiga kebijakan itu, ia berharap bisa menambah devisa dari pariwisata hampir US$2 miliar. "Itu setara dengan mendatangkan dua juta wisatawan," ujarnya.
(utw/utw)