Rumah Sakit Bisa Buat Pasien Lebih Sakit

Windratie | CNN Indonesia
Kamis, 22 Okt 2015 12:15 WIB
Tidur yang terganggu dan porsi makan yang dijatah, bisa membuat pasien rumah sakit jadi semakin parah kondisinya.
Ilustrasi rumah sakit. (Thinkstock/AdrianHancu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mungkin kita mengira, orang sakit yang dirawat di rumah sakit akan lekas sehat. Namun, menurut sebuah penelitian terbaru, kondisi tidur yang terganggu dan porsi makanan yang dijatah, justru bisa membuat pasien yang dirawat di rumah sakit, menjadi semakin parah.

Menurut para dokter dari Amerika Serikat, keselamatan pasien di rumah sakit bukan hanya soal mencegahnya dari infeksi dan kondisi kesehatan yang menurun.

Dalam makalah Viewpoint di jurnal BMJ Quality and Savety, mereka melaporkan bahwa tidur dan nutrisi yang cukup adalah kunci untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat. Namun, kondisi di rumah sakit yang berisik dan waktu menunggu yang lama dapat mengancam pertahanan tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para penulis dari Rumah Sakit Johns Hopkins di Baltimore, Amerika Serikat, mengatakan gizi buruk dapat menyebabkan peradangan, kerusakan otot, dan kerusakan organ.

Menurut Martin Makary, ahli bedah yang juga peneliti kebijakan kesehatan, tidur dan asupan gizi sering kali menjadi masalah di rumah sakit. Namun, dia melanjutkan, lamanya waktu menunggu di rumah sakit membuat masalah tersebut lebih buruk.

Sekarang ini, rumah sakit menjadi semakin sibuk, dan hasilnya pasien kerap berada di daftar tunggu yang panjang untuk operasi, tes diagnostik, dan transfer rawat inap, ungkap Makary seperti dilaporkan oleh Reuters.

Penulis memberikan contoh seorang perempuan yang berobat ke rumah sakit dengan keluhan pneumonia. Meskipun dia tidak dapat menyantap makanan dengan baik selama beberapa hari karena tidak enak badan, dia harus berpuasa untuk keperluan anestesi.

Ketika dia menunggu dievaluasi, dia menghabiskan waktu berjam-jam di ruangan yang berisik dan penuh orang, sehingga tidurnya terganggu.

Dia bisa menunggu sampai 12 jam untuk operasi. Selama itu pula dia harus berpuasa untuk berjaga-jaga prosedur lain yang diperlukan. Mungkin dia juga tidak tidur dengan baik atau tidak makan dengan baik selama berhari-hari.

Setelah keluar dari rumah sakit dalam keadaan lemah, pada akhirnya dia kembali ke rumah sakit dengan gejala yang sama seperti sebelumnya.

Makary mengatakan, praktik standar yang menjauhkan pasien untuk makan, setidaknya delapan jam sebelum operasi, untuk mencegah makanan yang belum tercerna masuk ke paru-paru sehingga menganggu pernapasan selama operasi, adalah tidak berdasarkan fakta.

Lebih lanjut, Makary menyarankan, pasien harusnya diizinkan untuk membawa makanan yang mereka sukai sehingga mereka tidak bergantung pada makanan rumah sakit.

(win/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER