Pergelaran busana Dekranasda DKI Jakarta di JFW 2016 (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam pergelaran mode Jakarta Fashion Week 2016, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta mengangkat tema Lenggak-Lenggok Flora Fauna Jakarta untuk ditampilkan di atas runway.
Tidak tanggung-tanggung Dekranasda DKI menampilkan karya dari 10 desainer sekaligus. Desainer yang dibawa Dekranasda DKI tahun ini antara lain Novita Yunus dengan Batik Chic, Riana Kesuma dengan Batik Riana Kesuma, Dwi Arlina dengan Dara Dara, Vielga dengan Roemah Kebaya dan Herlin Vidya dengan Mahadevi Batik.
Selain itu ada juga Ayundavira dengan merek Artina, Dimita Agustun dengan Dara Bari, Nita Seno Adji dengan Pradipta Saru, Inez Mardiana dengan Jasmibe Teas dan Emma Damayanti dengan Rumah Betawi.
Pergelaran Busana Dekranasda DKI Jakarta di JFW 2016 (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Mereka kompak membawakan ragam flora dan fauna khas DKI Jakarta. Beragam teknik dan padu padan pun diterapkan untuk membuat tampilan busana semenarik mungkin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inez Mardiana dengan merek Jasmine Teas tampil dengan kebaya hitam. Ia memadukan kebaya hitam dengan motif daun sirih di beberapa bagian. Terlihat cantik namun tidak berlebihan. Kebaya itu ia padukan dengan kain merah yang juga bermotif daun sirih dengan warna senada sebagai bawahan dengan potongan asimetris dan selendang yang berwarna dan bermotif sama.
Vielga juga melakukan hal yang sama dengan Inez. Ia memodifikasi kebaya dengan motif bunga tapak dara di batas material chiffon crepe berwarna pink. Ia menggunakan teknik cetak untuk mengaplikasikan bunga-bunga tersebut. Kebaya pink itu ia padukan dengan bawahan hijau polos sepanjang lutut.
Hal yang sedikit berbeda dilakukan oleh Dwi Arlina. Ia mengombinasikan bahan denim dan satin velvet. Motif yang dia ambil adalah motif elang bondol yang menjadi maskot DKI Jakarta.
Koleksi Dwi terlihat cukup sederhana namun tetap menarik mata. Ia membuat sebuah baju terusan berbahan denim tanpa lengan dengan panjang selutut dipadukan dengan rompi berpotongan asimetris dengan rumbai di bagian bawahnya. Di bagian belakang rompi, Dwi mencetak gambar dua elang bondol. Untuk menyempurnakan tampilan ia menambahkan bucket hat, kalung sederhana, dan kaca mata hitam.
Ada juga paduan batik cap hitam putih dengan bordir bertema flora Jakarta antara lain kembang teleng, flamboyan, kerak nasi, nona makan sirih melati gambir, bungur, tapak dara, dan sirih kuning. Ia menampilkan gaun panjang dengan motif batik cap yang dipadukan sedikit bordir bunga di dada sebelah kanan. Kesan modern dan seksi ditampilkan Ayundavira dengan menambahkan belahan sampai paha dan potongan kerah lebar sebahu.
Namun ada beberapa pakaian yang terlihat terlalu dipaksakan menggunakan motif flora dan fauna Jakarta. Mungkin hanya penempatan dan cara pengaplikasiannya saja yang kurang tepat.
Misalnya saja, sebuah kebaya bermotif yang dipadankan dengan kain panjang menyapu lantai berpotongan asimetris dengan tambahan aksen tempelan kupu-kupu kecil berwarna-warni. Ada juga busana two piece dengan celana yang memiliki panjang berbeda untuk setiap kakinya dengan motif batik cap hitam putih. Terlihat terlalu memaksakan dengan tambahan detail bunga warna-warni.
Pergelaran Busana Dekranasda DKI Jakarta di JFW 2016 (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Selebihnya, fashion show Dekranasda DKI cukup membuat rona baru dalam pekembangan fesyen budaya tanah air, khususnya di Jakarta. Mereka membuktikan ternyata DKI bisa punya ciri khas dalam dunia fesyen seperti kota-kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan batik yang beragam.
"Ternyata banyak tema di Jakarta yang bisa digunakan selain monas, ondel-ondel dan ketoprak. Kita berharap dengan mengangkat tema baru yang sudah lama tidak terdengar, bisa menggali karya yang ada di DKI," ujar Ketua Dekranasda DKI, Veronika Tan. (les/les)